Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, dengan tegas menilai aksi peringatan satu bulan kematian Affan Kurniawan yang dibungkus dengan label Ultimatum Amarah Rakyat tidak lebih dari upaya politisasi duka untuk menggiring opini publik dan membenturkan rakyat dengan negara.

Menurut Habib Syakur, tragedi yang menelan korban jiwa memang harus ditangani secara serius, transparan, dan berkeadilan. Namun, ia menilai sangat berbahaya jika tragedi tersebut dijadikan bahan agitasi politik dengan menghembuskan narasi kebencian serta tuntutan yang sarat membuat kegaduhan.

“Kami ikut berduka cita. Tapi duka tidak boleh dijadikan komoditas politik. Jangan mengatasnamakan rakyat untuk menyelundupkan agenda segelintir elit yang ingin merusak stabilitas bangsa,” tegas Habib Syakur, 30 September 2025

GNK menilai, tuntutan yang dikemas dalam Ultimatum Amarah Rakyat penuh dengan kepentingan politik praktis, mulai dari desakan perubahan sistemik negara di luar jalur konstitusi hingga seruan moratorium program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang jelas-jelas merugikan anak-anak bangsa.

“Kalau ada masalah distribusi atau dugaan penyalahgunaan, perbaiki tata kelola. Bukan bubarkan program yang membantu rakyat kecil. Jangan jadikan MBG kambing hitam hanya untuk menjatuhkan pemerintah,” jelasnya.

Habib Syakur juga mengingatkan publik agar tidak terjebak narasi kriminalisasi rakyat atau tuduhan otoritarianisme yang digembar-gemborkan kelompok ini. Faktanya, kata dia, aparat telah membuka ruang dialog, melakukan evaluasi internal, bahkan menindak oknum aparat yang bersalah.

Lebih jauh, GNK menilai ultimatum tersebut hanyalah upaya segelintir kelompok untuk menciptakan kegaduhan dan menggerus kepercayaan publik pada negara.

“Rakyat jangan terprovokasi. Perubahan sejati hanya bisa dicapai lewat jalur musyawarah dan konstitusi, bukan ancaman, bukan ultimatum jalanan yang justru mengancam keselamatan rakyat sendiri,” pungkas Habib Syakur.

Temukan juga kami di Google News.