Jakarta – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, meminta publik agar tidak memperkeruh suasana dengan menggiring isu peristiwa tidak adanya jabat tangan antara mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada acara HUT ke-80 TNI di Jakarta.

Menurut Habib Syakur, sebaiknya masyarakat tidak cepat menarik kesimpulan yang justru bisa memicu kesalahpahaman dan adu domba antar tokoh bangsa.

“Isu seperti ini seharusnya tidak digoreng berlebihan. Bisa saja sebelumnya mereka sudah salaman di belakang panggung atau di area lain. Jadi, tidak perlu diartikan negatif,” ujarnya.

Habib Syakur menegaskan bahwa momentum kebersamaan di acara kenegaraan seperti HUT TNI semestinya dimaknai sebagai simbol persatuan, bukan dimanfaatkan untuk memunculkan narasi perpecahan.

“Jangan sampai publik termakan framing yang seolah-olah ada jarak antara Kapolri dan SBY. Kita harus belajar dari kejadian serupa saat Gibran disebut tidak mau salaman dengan AHY, padahal faktanya mereka sudah bercanda dan berinteraksi sebelumnya,” jelasnya.

Ia pun mengapresiasi sikap tenang dan sabar yang ditunjukkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang tetap menjaga wibawa institusi Polri di tengah munculnya berbagai spekulasi.

“Saya melihat Kapolri tetap tenang, tidak reaktif, dan memilih fokus pada tugasnya. Itulah pemimpin yang matang dan sabar,” tutur Habib Syakur.

GNK mengimbau agar masyarakat bijak menyikapi video atau potongan gambar di media sosial yang bisa saja menyesatkan tanpa melihat konteks utuhnya.

“Sudah saatnya kita dewasa dalam berdemokrasi dan bermedia sosial. Jangan mudah terprovokasi oleh framing murahan yang hanya menimbulkan fitnah dan perpecahan di antara tokoh-tokoh bangsa,” pungkas Habib Syakur.

Temukan juga kami di Google News.