Jakarta – Dalam tiga hari terakhir, terjadi penangkapan dan penahanan terhadap sejumlah orang karena menggunakan dan menjajakan kaus berlambang palu arit –yang identik dengan komunisme.
Aparat (polisi dan TNI) mengasosiasikan lambang itu dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Mereka yang menjajakan dan mengenakannya ditahan, guna dimintai keterangan serta melacak kemungkinan kaitannya dengan PKI.
Di kawasan Blok M Square, Jakarta Selatan, pria berinisial IM diamankan oleh Kepolisian Sektor Kebayoran Baru, Minggu malam (8/5/2016). Dari toko milik IM ditemukan enam potong kaus bergambar palu arit lengkap dengan tulisan “Kreator.”
Polisi juga mengamankan seorang penjaga toko, berinisial AN, sebagai saksi. Dari pemeriksaan, diketahui bahwa kaus itu sudah tersedia sejak tiga bulan silam di toko milik IM. Belakangan keduanya sudah dilepaskan oleh polisi.
Dari foto yang dipublikasikan detikcom, terlihat bahwa kaus yang diamankan sekadar memuat gambar sampul DVD konser band trash metal asal Jerman, Kreator: At the Pulse of Kapitulation: Live in East Berlin 1990 (2008).
Agaknya penempatan logo palu arit itu berasosiasi dengan lokasi konser di Berlin Timur, yang pada 1990 masih berstatus ibu kota Jerman Timur –negara yang berada di bawah rezim komunis.
Penangkapan juga terjadi di Bandar Lampung, Lampung. Pemuda bernama Urdya Sejiwangga Ardhanggo (23) ditangkap karena mengenakan kaus merah bergambar palu arit yang bertuliskan “CCCP”.
Seperti dikutip Kompas.com, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Lampung itu diamankan aparat Korem 043/Gatam, saat mengikuti konser musik di Lapangan Saburai, Lampung, Minggu malam (8/5).
“Menurut pengakuan pemuda tersebut, dia mendapatkan kaus itu dari temannya,” kata Kepala Penerangan Korem 043/Gatam, Mayor Inf Prabowo CH, Senin (9/5).
Sementara itu, seorang pedagang kopi seduh bernama Siari (35) dikenakan wajib lapor dua kali dalam sepekan oleh Kepolisian Sektor (Polsek) Kepanjen, Kabupaten Malang.
Ia ditangkap karena mengenakan kaus bergambar palu arit, dengan tulisan “Exodus,” saat mengantre di ruang pendaftaran kantor Samsat Talang Agung, Sabtu siang (7/5).
Dalam pemeriksaan diketahui bahwa Siari bahkan tak bisa baca tulis, dan tak memahami ihwal palu arit serta komunisme. Dalam kaus yang dipakainya, tertera nama Paul Baloff, vokalis grup band metal asal Inggris, Exodus, yang sudah mangkat sejak 2002.
Meski begitu, polisi tetap memberlakukan wajib lapor kepada Siari. Seperti dikutip Rappler, Wakil Kepala Polres Malang, Kompol Decky Hermansyah membenarkan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap Siari.
Ia menyebut pemeriksaan itu setidaknya bersandar pada Undang-Undang No. 27/1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan kejahatan terhadap keamanan negara. Rujukan lain adalah Ketetapan MPRS No. 25 tahun 1966 tentang pembubaran PKI.
Peristiwa-peristiwa penangkapan itu ditambah juga dengan beredarnya kabar bohong, yang menyebut bahwa pada 9 Mei akan ada perayaan hari lahir PKI secara besar-besaran. Kabar bohong itu, antara lain menyebut bahwa perayaan itu akan diramaikan dengan aksi penyebaran ratusan ribu kaus palu arit.
Respons di linimasa Twitter
Sejumlah peristiwa penangkapan itu juga memicu bermacam-macam komentar di media sosial. Kata kunci “Palu Arit” terpantau masuk dalam Tren Twitter Indonesia, Senin (9/5/2016).
Akun Twitter @UilnYusron (80 ribu pengikut) menyindir dengan mempersilakan mereka yang ketakutan dengan logo palu arit untuk merazia logo itu di internet. “Via Google ada jutaan. Dijamin puaaas,” tulis @UilnYusron.
@purplerebel (7 ribu pengikut) –dikenal milik perempuan aktivis sosial, Dhyta Caturani– dalam salah satu kicauannya mempertanyakan penangkapan yang dilakukan aparat TNI. Agaknya, @purplerebel menimbang bahwa peristiwa itu ada di ranah sipil, yang bukan fokus aparat TNI.
Beberapa akun juga menduga ada upaya rekayasa untuk meniupkan isu kebangkitan komunisme, melalui penertiban kaus palu arit. Pandangan macam itu, semisal termuat dalam kicauan @SoeTjenMarching —dikenal milik aktivis sosial, Soe Tjen Marching.
“Para pejuang HAM di Indonesia sekarang lagi riskan dituduh PKI. PKI dihidupkan dari kubur oleh mereka-mereka yang ketakutan kebohongannya dikuliti,” tulis @SoeTjenMarching (2.900 pengikut).
Sekadar catatan, rangkaian peristiwa penangkapan itu berselang kurang dari sebulan sejak digelarnya Simposium 1965, yang diprakarsai pemerintah.
Simposium itu telah membuka kembali kontroversi ihwal pelanggaran HAM yang terjadi di sekeliling peristiwa 1965. Simposium itu juga menggulirkan kembali wacana permohonan maaf pemerintah terhadap korban tragedi 1965.
Tinggalkan Balasan