Jakarta – Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi menyoroti hasil survei pada sosok pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI yang akan bertarung di Pilkada DKI 2017. Kristiadi pun mengingatkan bahwa hasil survei yang dilakukan di Pemilu Amerika bisa menjadi pelajaran berharga kepada semua pihak, pasalnya, banyaknya hasil survei yang lebih mengungulkan Hillary Clinton justru meleset dan memenangkan Donald Trump.

“Sebagai contoh Pemilu di Amerika saat Pemilu kemarin, banyak survei yang tidak tepat dalam survei nya. Survei di Amerika bisa menjadi pelajaran juga karena perilaku pemilih sudah ada pergeseran. Ini juga karena survei cenderung menilai pada sosok kandidat bukan pada programnya,” tegas Kristiadi.

Hal itu mengemuka saat diskusi yang diinisiasi lembaga survei INDOCON bertema “Preferensi Politik Masyarakat DKI Jakarta dan menakar petahana dengan penantang Menuju Pilkada Tahun 2017” di Hotel Ambhara, Jakarta, Minggu (13/11/2016).

Lebih lanjut, Kristiadi berharap Pilkada Jakarta harus bisa menjadi bagian dari proses untuk memperkuat bangsa Indonesia jangan sampai menjadi pemicu pelemahan terhadap bangsa nya sendiri. Oleh karenanya, kata dia, jangan pernah berpikir untuk menang kalah dan hidup atau mati.

“Sebab kemenagan dalam Pilkada nantinya untuk rakyat semua. Jangan untuk golongannya saja,” ucap dia.

Lebih jauh, Kristiadi kembali mengkritik agar lembaga survei lebih mengakuratkan hasil surveinya agar Pilkada DKI ini dapat membangun bangsa yang lebih baik.

“Persaingan dalam Pilkada akan sangat ketat dan dinamis, maka survei-survei harus dilakukan lagu untuk dapat mengakuratkan hasil survei nya,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.