Jakarta – Aktivis 98 tergabung dalam Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) mengingatkan bahwa agama Islam adalah agama yang cinta damai dan mengajak kepada perdamaian.  Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa pun menghimbau semua pihak khususnya ormas Islam yang melakukan demo beberapa hari lalu itu menyudahi perdebatan sengit terkait pernyataan calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) soal surat Al Maidah 51 itu.

“Islam adalah agama cinta damai. Jadi kami menghimbau agar tidak adanya intrik-intrik kepentingan yang menunggangi dalam demo itu. Kami harapkan agar masyarakat tetap kondusif agar tidak terjadinya konflik horizontal agar Pilkada di DKI maupun seluruh Indonesia bisa berjalan dengan lancar,” tegas Willy, Rabu (26/10/2016).

Lebih lanjut, Willy menyayangkan jika nantinya perdebatan tersebut tidak segera diakhiri maka bisa berujung gesekan-gesekan yang berpotensi menimbulkan konflik dan terpecah belahnya rakyat Indonesia.

“Mari berfikir jernih dalam menanggapi masalah itu. Yang terpenting saat ini, adalah bagaimana kita menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Tidak pernah ada, merubah kemungkaran dengan cara yang mungkar, tapi harus dengan cara yang ma’ruf,” tutur dia.

Sebab, kata dia, yang ada justru kepentingan/maslahat umat menjadi terganggu. Serahkan masalah ini kepada pemimpin atau penguasa yang menanganinya, khususnya pihak Kepolisian yang sudah bekerja secara profesional.

“Jika ada demo-demo dengan jumlah yang banyak, justru maslahat umat jadi terganggu. Orang mencari nafkah jadi terhambat dan terganggu, dll,” ucapnya.

Willy pun berpesan agar tidak melakukan intimidasi proses hukum yang sedang berjalan dengan tekanan opini publik, biarkan hukum itu berjalan profesional dan independen. Independensi didalam proses hukum penistaan agama ini dinilai sangat penting.

“Tekanan aksi massa justru berdampak buruk untuk proses hukum penistaan agama. Kita berdoa saja biar penguasa di Republik ini mendapatkan petunjuk dari Tuhan YME. Menasehati pihak penguasa kan ada jalurnya, bisa minta ketemuan dan audiensi, tidak perlu demo-demo. Kalau disampaikan dimuka umum, ya sama membuka aib orang,” kata Willy.

Willy menambahkan dirinya tidak ada sama sekali dalam pernyataannya mempunyai kepentingan didalam Pilgub DKI apalagi terkait memberikan dukungan kepada paslon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI.

“Saya dalam masalah ini netral, murni untuk kepentingan bersama yakni NKRI. Saya ingatkan di Pilkada DKI ini, harus siap kalah dan siap menang. Yang menang harus berani rangkul yang kalah, dan yang kalah harus mendukung yang menang. Agar Jakarta sebagai Ibukota negara tertata rapi dan masyarakatnya sejahtera. Mari warga DKI ikut berpartisipasi jaga kamtibmas sama-sama,” pungkasnya.

Kiai, Ulama, Habaib Diminta Jaga Keutuhan NKRI, bukan Pakai Emosi

amien-rais-demo-ahokHal senada juga dilontarkan Ketua Umum Forum Komunikasi Ulama dan Masyarakat (Forkum) Gus Sholeh menghimbau agar semua umat khususnya umat Islam tidak menambah memperkeruh suasana demokrasi di Indonesia. Karena permasalahan ini, kata dia, bisa saja menimbulkan perpecahan umat.

“Kami meminta kepada para Kiai, Ulama, Ustadz, Habaib dan lainnya, untuk bersama menjaga keutuhan NKRI, jangan menggunakan emosi. Kita itu umatnya Nabi Muhammad. Diajarkan untuk menggunakan akhlak yang baik dalam menyelesaikan permasalahan ini,” jelas Gus Sholeh.

Gus Sholeh pun menyerukan agar selesaikan masalah itu kepada Bareskrim yang sudah bekerja keras mengusut kasus tersebut. Dia juga memahami posisi Polri saat ini dalam posisi dilematis terkait kasus penistaan tersebut. Kata dia, jika tidak diproses, publik memandang Polisi dianggap tidak fair. Sebaliknya jika Ahok ditangkap tanpa memenuhi standar prosedur yang ada maka polisi bisa dituduh oleh pihak lain telah melakukan politisasi dan mengganjal Ahok dalam proses Pilgub DKI.

“Jangan biarkan Indonesia mundur ke belakang, ekonomi kembali terpuruk, dan investor lari. Kami tak ingin Pilkada DKI 2017 ini seperti suasana perang. Semua pihak, baik tokoh agama, masyarakat, dan elit politik harus bisa menciptakan pilkada damai.

Selain itu, tambah Gus Sholeh, hindari pernyataan provokatif yang dirasa makin memperkeruh keadaan. Gus Sholeh pun mengutip apa yang pernah disampaikan Gus Dur yakni “Tidak penting apapun agama atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya agamamu”.

“Kami minta jangan semuanya ikut bicara. Biarkan Polri menyelesaikan tugasnya, dan didorong-dorong dengan opini yang provokatif tidak berlandaskan hukum,” tandasnya.

MUI Imbau Tak Perlu Ada Pengerahan Massa

ormas-islam-demo-tangkap-ahokSebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dalam menyalurkan aspirasinya dan mendukung Kepolisian untuk memproses kasus penistaan ayat suci Al Quran surat Al Maidah 51 oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Ketua MUI KH. Ma’ruf Amin menyerukan agar kelanjutan proses hukumnya cukup diserahkan kepada pihak Kepolisian. Terkait rencana aksi ribuan massa meminta Bareskrim menindaklanjuti laporan atas kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok saat pidatonya di Kepulauan Seribu, MUI memandang tanpa perlu ada pengerahan massa.

“Cukup serahkan proses hukum itu kepada pihak kepolisian tanpa ada pengerahan massa, itu pandangan MUI,” terang Ma’ruf, Kamis (13/10/2016).

Temukan juga kami di Google News.