Jakarta – Cerita lalu, sesaat sebelum angkutan ojek berbasis aplikasi naik daun, profesi sebagai driver ojek online mungkin menawarkan gaji yang lumayan fantastis setiap bulannya. Bahkan, pernah heboh salah seorang wanita pengendara Gojek yang penghasilannya hingga mencapai 300 ribu rupiah per hari. Nah kini, setelah Gojek dan layanan ojek sejenis lainnya juga booming, mencapai penghasilan 2 juta sebulan saja semakin sulit.

Jika ditelusuri, iklim persaingan kala itu berbeda jauh jika dibandingkan dengan persaingan sekarang. Saat itu, mungkin khalayak hanya mengenal Gojek saja, namun sekarang pengguna jasa layanan transportasi berbasis aplikasi online lainnya mulai bergeliat di kota-kota besar terutama DKI Jakarta. Sebut saja Grab Bike, Blue Jek, Uber, dst.

Para penyedia jasa layanan tersebut, khususnya Gojek pun berlomba-lomba memberikan iming-iming dengan tarif miring kepada para konsumen.

Namun terlepas dari persaingan tersebut, para driver mulai mengeluhkannya dengan pendapat yang tak semanis cerita sebelumnya. Ditambah lagi keluhan atas kebijakan Gojek selaku Mitra dinilai tidak responsif yang memberatkan dan mencekik para driver.

Terutama, yang saat ini sedang rame menjadi perhatian adalah kebijakan sistem performa Gojek. Sejak pertengahan Agustus 2016 lalu pihak Gojek telah memperbaharui versi aplikasi driver Gojek dengan menambahkan menu performa dalam aplikasi yang digunakan oleh para driver Gojek sehingga dari performa tersebut seorang driver akan berhak menerima bonus harian atau tidak. Jika performanya dibawah threshold maka dia tidak akan menerima bonus harian walaupun point nya sudah memenuhi.

Performa Gojek adalah penilaian terhadap para driver Gojek berdasarkan tingkat penerimaan order yang masuk dalam aplikasi driver Gojek. Performa Gojek ini diukur dari tingkat penerimaan order (acceptance rate) dan bukan dari tingkat penyelesaian order (completion rate).

Belum jelasnya formula performa Gojek yang kemudian memunculkan keluhan-keluhan nilai performa yang turun drastis dan naiknya sedikit-sedikit, maka memunculkan istilah bahwa nilai performa Gojek turunnya cepat tapi naiknya lambat.

Driver se-Jabodetabek Demo Kepung Kantor Gojek

Menyikapi polemik kebijakan Gojek tersebut, ribuan pengemudi mengatasnamakan Solidaritas Gojek Indonesia kembali bersiap-siap turun ke jalan dan aksi mogok kerja di beberapa titik yakni Kantor Gojek Kemang dan Gedung DPR/MPR bertemu dengan Komisi V, Senin (3/10/2016).

“Kami akan melakukan aksi damai penuh cinta di Kantor Gojek Indonesia, Bundaran HI dan DPR/MPR untuk bertemu dengan Komisi V,” ungkap korwil driver Gojek Jakpus Arfan.

Sementara titik kumpul massa adalah Jakarta Selatan berkumpul di Taman Barito, Jakarta Pusat berkumpul di Taman Menteng, Jakarta Barat berkumpul di Mall Season City, Jakarta Utara berkumpul di waduk pluit, Jakarta Timur berkumpul di Cipinang Indah, Bekasi berkumpul di Sumarecon, dan Depok berkumpul di Margonda.

“Kami minta maaf kepada para konsumen jika aktifitas anda terganggu. Oleh sebab itu, bagi yang kesulitan mendapatkan Gojek hari ini sebaiknya mencoba ojek online lainnya,” ungkapnya.

Hindari Jalan Menuju Kantor Gojek Kemang

Selain kesulitan mendapatkan akses Gojek, rencana aksi besar-besaran oleh pengemudi Gojek di Kantor Gojek Kemang juga bakal diperkirakan menimbulkan kemacetan lantaran akan dibanjiri para driver Gojek tersebut.

Untuk itu, bagi para pengguna jalan perlu menghindari rute jalan yang mengarah ke kantor Gojek Kemang.

Selain itu, hindari juga rute-rute jalan yang akan dilalui aksi driver Gojek yakni RS Fatmawati Raya, Kemang Raya, Bangka Raya, Mampang Prapatan Raya, P. Antasari, Ampera Raya, Pejaten Barat Raya, Cilandak KKO Raya, RA Kartini Raya, TB Simatupang, Margasatwa Raya, Pasar Minggu serta jalan-jalan lain yang menuju kantor Gojek.

Temukan juga kami di Google News.