Jakarta – Aktivis 98 tergabung dalam Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) menghimbau pemerintahan Jokowi untuk tidak terpengaruh pada kicauan Koordinator Kontras Haris Azhar soal testimoni Freddy Budiman.

Ketua Presidium Jari 98 Willy Prakarsa justru mengingatkan agar pemerintah konsentrasi pada kondisi perekonomian negara yang kian terpuruk.

“Mendingan pemerintah Jokowi menciptakan lapangan kerja buat masyarakat Indonesia yang saat ini tengah terhimpit ekonomi, daripada dengerin ocehan Haris yang kian terpojok oleh laporan TNI dan BNN,” ungkap Willy, Kamis (4/8/2016).

Menurut Willy, untuk mengatasi perekonomian global yang sedang turun itu, perlu diberikan solusi yakni mencontoh kebijakan mantan Gubernur DKI Ali Sadikin dengan melegalkan perjudian. Meski kebijakan itu tak populis, namun menjadi solusi yang berguna untuk pembangunan negara dan memberikan subsidi bagi kebutuhan rakyat.

“Ambil pajaknya untuk subsidi kebutuhan rakyat. Malaysia dan Singapura yang negara kurcaci saja bisa sejahterahkan rakyat. Indonesia saya yakin bisa,” terang dia.

Willy juga meminta agar Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk merealisasikan komitmennya saat menghadiri Rapimnas Partai Golkar yakni menyerukan untuk mengambil kebijakan konservatif meskipun pada akhirnya berujung tak populis.

“Saya yakin dan optimis, hasilnya nanti Presiden Jokowi kembali terpilih di Pilpres 2019,” ujarnya.

Willy melanjutkan sudah saatnya rakyat sadar dan dewasa dalam berpolitik dan tidak tergiring oleh opini yang dibangun Haris cs soal testimoni gembong narkoba.

“Saya tahu, Haris Azhar itu loyalis Presiden Jokowi. Ya mungkin dia lagi cari panggung dan minta jatah,” kata dia.

Sementara itu, Willy yang mengaku sebagai loyalis Jokowi justru lebih menikmati hidup dengan menjadi sosial kontrol negara dan parlemen jalanan, dan tidak mengemis-ngemis pada kekuasaan. Karena itulah hakikat dari sebuah gerak dan perjuangan.

“Ruhut Sitompul pasang badan buat Presiden Jokowi dan sangat jauh loyalitasnya juga tidak pernah mengemis jabatan tuch,” sentil dia.

Ia menyakin Presiden Jokowi adalah figur yang cerdas dan bisa membedakan sosok negarawan sejati dan yang suka menjilat kekuasaan.

“Suka atau tidak suka, orang yang mengaku loyalis pada akhirnya akan tergerus dan tergusur dengan sendirinya. Berbeda dengan orang yang tulus dan ikhlas berjuang bersama rakyat,” tutup Willy.

Temukan juga kami di Google News.