SIKKA – Kepala Kantor Departemen Agama Sikka Antonius Nggaa Rua, dalam acara silaturahmi bersama tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh Pemuda se-Kecamatan Mangepanda Kabupaten Sikka NTT di Kantor KUA Mangepanda, menegaskan terkait kesalah pahaman rencana pembangunan pondok pesantren di desa Reroroja harus di sikapi dengan lapang dada dan kepala dingin. (9/9).

“Rencana pembangunan pondok pesantren di Desa Reroroja merupakan kesalah pahaman saja, karena kurangnya komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat setempat sehingga diharapkan kepada masyarakat Reroroja bersikap lapang dada dan kepala dingin agar tidak meluas kepada masalah lain” Tegas Antonius.

Diketahui rencana pembangunan pondok pesantren saat ini sudah di hentikan sementara waktu sampai ada penyelesaian kelengkapan administrasi.

“Kita sudah komunikasikan kepada semua pihak terkait dan kita sepakati untuk rencana pembangunan pondok pesantren di Desa Reroroja sementara waktu di hentikan sampai penyelesaian kelengkapan administrasi terpenuhi oleh pihak yang akan membangun sesuai dengan permintaan tokoh – tokoh yang ada di Mangepanda, dan nanti pun ketika syarat nya sudah terpenuhi akan kita koordinasi kan kembali” Ungkap Antonius.

Dalam acara silaturahmi bersama tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh Pemuda se-Kecamatan Mangepanda Kabupaten Sikka NTT yang di adakan oleh Kandepag SIikka dengan tema “PEMERINTAH BERSAMA TOKOH MASYARAKAT, TOKOH AGAMA, TOKOH ADAT DAN TOKOH PEMUDA
BERSAMA MENJAGA KAMTIBMAS SERTA TOLERANSI ANTAR SESAMA MASYARAKAT KABUPATEN SIKKA NTT
DEMI UTUHNYA NKRI” dihadiri oleh lima Kepala Desa Kecamatan Mangepanda yang pernah melakukan protes terhadap rencana pembangunan pondok pesantren tersebut, juga tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemuda dan Forkopimda Kabupaten Sikka.

Ditempat yang sama, Camat Mangepanda Pedro Rodriquez menyampaikan bahwa konflik yang terjadi karena adanya rencana pembangunan pondok pesantren di Desa Reroroja sudah sepenuhnya bisa diatasi dan semua pihak menyatakan damai.

“Konflik rencana pembangunan pondok pesantren di Desa Reroroja sudah bisa dikendalikan dan semua pihak terkait menyatakan damai, karena sebenarnya permasalahan itu muncul karena kurang adanya pemahaman dan sosialisasi terhadap masyarakat desa setempat terkait apa itu pondok pesantren, apa tujuan pembangunan pondok pesantren dan latar belakang dibangunnya pondok pesantren di desa Reroroja”. Jelas Pedro.

Kedepannya Camat Mangepanda berharap kejadian ini sebagai pelajaran bersama untuk saling mengintropeksi diri dan menjaga toleransi antar sesama agar kamtibmas di Mangepanda terus berjalan dan terlaksana, karena NTT salah satu wilayah yang masyarakat nya memiliki tingkat toleransi yang tinggi.

“Permasalahan ini menjadi pelajaran kita bersama agar saling mengintropeksi diri dan menjaga toleransi antar sesama agar kamtibmas di Mangepanda khususnya dan Kabupaten Sikka umumnya bisa berjalan dan terlaksana, apalagi dari sejak lama sudah tercatat dalam sejarah masyarakat NTT antara pendatang dan masyarakat pribumi NTT memiliki keterikatan karena hal yang biasa sejak dahulu sudah saling mengambil untuk dijadikan keluarga dan semuanya hampir tidak ada permasalahan”. Ujar Pedro lebih lanjut.

Dengan adanya acara silaturahmi bersama segenap tokoh dan pihak yang terkait di kantor KUA kecamatan Mangepanda, dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi terkait rencana pembangunan pondok pesantren di Desa Reroroja merupakan kesalah pahaman dan kurang adanya komunikasi, dan saat ini permasalahan tersebut sudah diselesaikan dengan damai. Adapun pesan moral yang dapat di terima bahwasanya masyarakat Kabupaten Sikka snagat menjunjung tinggi sikap toleransi antar sesama demi utuhnya NKRI.

Temukan juga kami di Google News.