Surakarta – Penasehat Museum “Gubug Wayang” Mojokerto / Ka Siaga A Mabes Polri Kombes Pol Tri Suhartanto mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melestarikan budaya batik dan menjadikan perbedaan guna mempererat persatuan bangsa pada Peringatan Hari Batik Nasional di Museum “Radya Pustaka”, Surakarta, 2 Oktober 2024.
“Rasa haru dalam hati saya ketika mendapati diri saya berada di tempat bersejarah ini. Sebuah museum tertua di Indonesia yang tak lama lagi akan merayakan hari jadinya yang ke-134 tahun. Dari kenyataan itu, rasanya tak berlebihan bila sebagai “orang museum”, saya sangat bersyukur bahwa Peri-ngatan Hari Batik Nasional di selenggarakan di tempat ini,” ungkap KBP Tri Suhartanto, hari ini.
Karena, menurutnya, sesungguhnya museum adalah tempat hasil “perpaduan kreativitas dan seni” anak bangsa dilestarikan, guna dipelajari dan dijadikan pedoman ke mana bangsa ini akan menuju.
Di sisi yang sama, lanjut dia, Museum Gubug Wayang Mojokerto sebagai sebuah institusi yang turut melestarikan budaya bangsa, menyambut gembira atas diselenggarakannya Peringatan Hari Batik Nasional ke-15 ini.
“Yang kami pandang sebagai salah-satu bentuk penghargaan kita kepada “cipta, ras, dan karsa” anak bangsa ini,” tuturnya.
Dikatakannya, munculnya batik sejak lebih dari 10 abad yang lampau di Kerajaan Mataram, dan eksistensinya yang senantiasa terjaga hingga kini merupakan perjalanan panjang sebuah “perpaduan antara seni dan teknologi” yang dimiliki bangsa ini. Sekaligus merupakan perjalanan panjang sebuah “cermin nilai dan kearifan lokal” yang penuh filosofi dan aspek spiritualitas dari bangsa ini.
“Dari sini kita menyadari bahwa batik ternyata bukan hanya sekedar masalah fashion (fesyen) atau indahnya busana, tetapi juga tentang ketinggian kultur, filosofi kehidupan, dan martabat bangsa. Maka terlalu pantas jika UNESCO menetapkan batik sebagai bagian dari Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009 yang lalu,” jelasnya.
Menurutnya, tingginya kultur, filosofi kehidupan, dan martabat bangsa ini tentulah merupakan hal yang pantas kita banggakan, dan terutama kita jaga. Ada penghargaan kepada sesama, toleransi, kerukunan, dan perdamaian di dalamnya. Ada “pemanusiaan manusia”.
“Seperti yang saya sitir di Semarang beberapa waktu yang lalu: “Tak ada yang dapat menghancurkan besi kecuali karatnya sendiri”. Tak ada yang dapat menghancurkan kultur, filosofi dan martabat bangsa ini kecuali “karat” yang ada di antara kita sebagai anak bangsa,” tambahnya.
Begitupun, kata dia, tak juga ada yang dapat melestarikannya, kecuali diri sendiri. “Kita bersihkan diri kita dari “karat-karat” yang dapat menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Pilihan ada pada kita sendiri,” ucapnya.
Namun, kata dia, sebagai bangsa yang beradab dan memiliki pekerti yang luhur sebagaimana tercatat dalam sejarah, tentu memilih untuk tetap melestarikannya.
“Kita lestarikan aspek-aspek yang indah dan positif dari kehidupan bangsa ini,” lanjutnya.
Dia pun mengutip pernyataan Orang bijak yang berkata: “Menghargai dan memperlakukan orang lain pada dasarnya adalah menghargai dan memperlakukan diri kita sendiri”.
“Dengan itu mari kita hargai dan muliakan diri kita sendiri dengan cara menghargai dan memuliakan orang lain. Kita hadirkan persaudaraan dan toleransi dalam keberagaman budaya ini. Kita tebarkan kedamaian dan rasa iba di antara sesama. Kita jadikan perbedaan di antara kita untuk mempererat persatuan,” katanya lagi.
“Mari KITA HARGAI DAN MULIAKAN DIRI KITA SENDIRI, lebih-lebih saat ini, di mana bangsa kita akan menyelenggarakan perhelatan besar, yaitu PILKADA 2024,” ucap dia.
Dia menambahkan dalam kapasitasnya sebagai anggota POLRI dan secara bersamaan adalah juga sebagai Penasehat Museum Gubug Wayang Mojokerto, dirinya senantiasa berpedoman kepada Bapak KAPOLRI yang berharap semoga “event” seperti “Peringatan Hari Batik Nasional” ini “MAMPU MEMBANGKITKAN KEBANGGAAN TERHADAP SENI-BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL, DAN MEMBENTUK KARAKTER ANAK BANGSA YANG CINTA TANAH AIR, SERTA MEMUPUK RASA NASIONALISME”.
“Saya menyerukan: mari kita lestarikan martabat dan identitas bangsa ini lewat BATIK ! Mari kita kibarkan panji-panji perdamaian menyongsong PILKADA 2024 ! Mari kita bergandeng-tangan guna MENGGAPAI VISI INDONESIA EMAS YANG KITA CITA-CITAKAN BERSAMA. Semoga tanah air yang “gemah ripah loh jinawi” dan kaya akan budaya ini senantiasa menjadi negeri tentram dan damai, penuh rasa persaudaraan”,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan