Jakarta – Situasi Pilkada serentak 2017 dan isu politik berbau Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA) kini terus menjadi pusat perhatian publik. Wasekjen KPP PRD Rudi Hartono menyesalkan jika isu tersebut digunakan sebagai senjata politik untuk memukul lawan dan meraih dukungan.

“Dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda, situasi kebangsaan saat ini agak kritis, karena akhir-akhir ini terutama dalam situasi Pilkada isu politik berbau SARA kembali muncul dan isu ini digunakan sebagai senjata politik untuk memukul lawan dan meraih dukungan. Ini sangat berbahaya dalam konteks berkebangsaan,” tegas Rudi saat diskusi bertema “Refleksi Sumpah Pemuda: Membangun Jiwa Nasionalisme dengan Semangat Kebersamaan dan Gotong Royong tanpa Diskriminasi SARA di Restro Warung Komando, Tebet, Jakarta, Kamis (27/10/2016).

Lebih lanjut, Pemred Berdikari Online itu mengutip data BPS bahwa ada sekitar 1.128 suku dan 546 bahasa dan sub bahasa yang ada di Indonesia, belum lagi hampir semua agama yang ada di dunia dan berbagai aliran kepercayaan ada di Indonesia. Disisi lain Indonesia juga terdiri dari ribuan pulau.

“Jadi negara kita itu berdiri dari keberagaman tersebut yang dinamai Indonesia,” ucap dia.

Lebih jauh, Rudi mengingatkan bahwa para pendiri bangsa telah menyatukan semuanya itu menggunakan azas kebangsaan. Sesuai pidato Bung Karno bahwa Indonesia bukan milik seseorang, tapi milik bersama, semua untuk semua.

“Jadi tidak ada yang paling merasa memiliki Indonesia,” ujarnya.

Rudi kembali menekankan belum tentu dalam memilih pemimpin yang agamanya sama, sukunya sama akan membela kaumnya.

“Contoh walau Kadesnya orang Kerawang asli, agamanya sama belum tentu membela warganya ketika berhadapan dengan perusahaan. Kita tidak mau Indonesia seperti Yugoslavia ataupun Uni Soviet yang terpecah belah,” tandasnya.

Temukan juga kami di Google News.