Jakarta – Pilkada DKI 2017 nampaknya semakin panas dan semakin rawan lantaran saling terprovokasi sehingga munculnya isu SARA baru-baru ini. Presidium Lingkar Mahasiswa dan Pemuda Jakarta (LIMA-PJ) Ismail Putera pun merasa gerah dan turun gunung untuk menyejukkan suasana.

Ismail menegaskan agar para mahasiswa dan pemuda di seluruh tanah air harus turut terlibat dalam menjaga perdamaian dan kerukunan antar umat beragama. Mahasiswa dan Pemuda harus dapat memberikan pemahaman, kewaspadaaan dan mengajak masyarakat agar tidak terpancing oleh berbagai bentuk provokasi yang berpotensi merusak kerukunan umat beragama.

“Ini penting untuk diperhatikan, jangan sampai gara-gara Pilkada DKI yang sesaat berjalan malah membuat kita tercerai berai,” tegas Ismail saat diskusi publik bertema “Peran Mahasiswa dan Pemuda dalam Menjaga Kerukunan Umat Beragama” yang diinisiasi Lingkar Mahasiswa Pemuda Jakarta (LIMA-PJ) di Balai Pustaka Resto (Balpus Resto)
Jl. Balai Pustaka Timur No 4A-B Rawamangun Jakarta Timur, Kamis (13/10/2016).

Diskusi yang dipandu moderator Dimas Ariqi Dermawanto itu dihadiri organisasi kepemudaan yakni Presiden Mahasiswa Universitas Islam Jakarta (UIJ) Ayaturrahman A Malik, Presedium Youth Movement Institue (YMI) Akbar Mulia, Ketua Bidang Kerohanian Hindu Indonesia Study Center (ISC) Gusti Ayu Brenda Permata Sari, Ketua Lembaga Debat Hukum dan Konstitusi Mahasiswa Indonesia (LDHKMI) Andi Muhammad Adhim dan Ketua Umum GMNI Komisariat Jayabaya Trisnawingki Kiki.

Menurut Ismail, di tangan para mahasiswa lah masa depan bangsa ini akan bergantung. Tongkat estafet kepemimpinan ini akan diteruskan oleh mahasiswa. Di samping mahasiswa sebagai penerus kepemimpinan bangsa ini, beberapa sosiolog pendidikan, seperti Halsey dan Psacharopoulos menyatakan bahwa pendidikan memainkan bagian penting dalam determinan-determinan status dan penghasilan.

“Tingkat pendidikan yang tinggi ini, pada akhirnya nanti, dari kalangan mahasiswa akan muncul tokoh-tokoh masyarakat yang akan berperan dominan dalam perkembangan masyarakat, termasuk dalam hal hubungan antarumat beragama,” ujarnya.

Pancasila Tangkal Perpecahan Kerukunan

Akbar Mulia Presedium YMI mengingatkan bahwa Pancasila adalah alat untuk menangkal perpecahan kerukunan. Kata dia, dengan berlandaskan Pancasila mari sekarang melihat disekitar. Memberikan nasehat berupa masukan.

“Boleh mengkritik tapi memberikan saran. Sarannya ialah saran yang membangun, bukan menghakimi. Kalau ada saudara kita yang salah mari kita tegur, mari kita beritahu. jangan kita buang identitas bangsa kita yaitu semangat Gotong Royong. Jangan mau dijadikan sebagai alat pemecah sebuah kerukunan,” sebut Akbar.

Selain itu, lanjut Akbar, apabila pihak itu bersaah, jangan mudah untuk menghakiminya. Sebab dinegara Indonesia telah diatur tata caranya dengan melaporkan kepada pihak berwajib yaitu Kepolisian.

“Biarkan pihak berwajib yaitu Kepolisian kita yang menindak lanjutinya. Jangan kita malah menjadi alat pemecah bangsa sendiri, provokator di negara kita. Agama itu tidak pernah salah. Dimana mana agama itu mengajarkan kebaikan. Kita sebagai manusia yang terkadang salah dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sehari hari,” ungkap dia.

Akbar pun berharap, semoga kedepan para pemuda, terutama mahasiswa yang disebut sebagai intelektual muda dapat menjadi secercah harapan untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dengan mengilhami semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

“Yang terus mendapat menjaga kemajemukan dalam beragama sehingga nilai agama itu tetap tinggi dan tidak ternoda oleh oknum untuk memecah belah bangsa ini,” terang dia.

Mari Akui Segala Perbedaan Agama di Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Ketum LDHKMI Andi Muh. Adhim mengutip semboyan Bung Karno “Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia”, demikian perkataan founding father Presiden pertama Indonesia yang menegaskan betapa pentingnya peran pemuda dalam kemajuan bangsa dan Negara. Baik buruknya suatu negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah penerus dan pewaris bangsa dan Negara.

“Generasi muda harus mempunyai karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global,” bebernya.

Andi berpesan agar pemuda juga perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai agent of change, moral force and social control sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat. Salah satu permasalahan kompleks yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat ini yakni permaslahan tenggang rasa antar umat agama. Berbicara soal agama, Indonesia mengakui banyak agama yang dianut oleh masyarakat luas.

“Konflik – konflik itu terjadi karena banyak masyarakat yang tidak menerima perbedaan agama. Membenci agama lain, mencaci agama lain, memisahkan diri atau bahkan mengusir. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman akan perbedaan itu sehingga hubungan persaudaraan terputus. Perbedaan agama di Indonesia sangat sering dijadikan alat provokasi perselisihan antar kelompok,” kata dia.

Masih kata Sandi, disinilah seharusnya peran generasi muda dalam mengatasi permasalahan lintas agama. Generasi muda yang memiliki semangat juang peerubahan dalam menciptakan tatanan sosial kemasyrakatan yang baik dan terciptanya kedamaian menjadi alasan mengapa pemuda dikatakan memiliki peran vital dalam mengatsi permasalah tersebut. Pemuda memiliki peran paling penting dalam menganggap dan mengatasi permasalahan tersebut.

“Pemuda antar lintas agama harus saling memiliki rasa cinta sebagai bangsa yang satu yakni bangsa Indonesai. Untuk menjaga eksistensi dan keberlangsungan bangsa,” cetusmya.

Indonesia Kaya Keragaman

Ketum GMNI Komisariat Jayabaya Trisnawingki Kiki menegaskan kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Sebab, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah.

“Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh,” tuturnya.

Kata Kiki, bila terjadi masalah yang menyangkut agama, tetap selesaikan dengan kepala dingin tanpa harus saling menyalahkan. Para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemerintah sangat diperlukan peranannya dalam pencapaian solusi yang baik ketika terjadi permasalahan dengan membuktikan hukum tidak tumpul ke atas dan tajam ke bawah.

“Saya mengharapkan pertemuan ini dapat memformulasikan pemikiran-pemikiran konstruktif yang dilandasi nilai-nilai kebangsaan meningkatkan kerukunan hidup beragama untuk mewujudkan masyarakat yang bermoral, beretika, berbudaya dan beradab,” sambungnya.

Kiki melanjutkan kerukunan umat beragama yang dimiliki saat ini, merupakan modal yang sangat berharga bagi kelangsungan kehidupan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, kerukunan umat beragama di Indonesia dinilai oleh dunia internasional sebagai yang terbaik. Bahkan Indonesia dianggap sebagai laboratorium kerukunan umat beragama.

“Marilah kita mulai perubahan ini dari diri kita sendiri,” ujarnya.

Toleransi Jadi Elemen Penting

ISC Gusti Ayu Brenda Permata Sari membeberkan konflik akibat intoleransi masih terjadi di beberapa daerah di Indonesia, kejadian konflik tersebut pastinya menyisakan cerita dan luka yang mendalam. Kemajemukan suku, budaya, agama bangsa Indonesia pada satu sisi dapat berpotensi menimbulkan social konflik jika tidak dikelola dengan baik, di sisi yang lain kemajemukan tersebut memberi keuntungan sebagai modal atau aset kekayaan bangsa serta untuk proses konsolidasi demokrasi didalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuh kembangkan sikap saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat,” ucapnya.

Agar tidak terjadi konflik antar umat beragama, kata dia, toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat dari berbagai generasi. Prinsip- prinsip toleransi harus betul- betul bekerja mengatur perikehidupan masyarakat secara efektif. Salah satu komponen penting masyarakat dalam rangka menjaga tetap bekerjanya prinsip- prinsip toleransi adalah para mahasiswa dan pemuda.

“Dalam masyarakat, mahasiswa dianggap sebagai salah satu kelompok yang menjadi sub elemen penting masyarakat sebab memiliki potensi besar dalam menciptakan suatu bentuk tatanan tertentu. Mahasiswa adalah manusia yang dipenuhi idealisme,” tuturnya.

Waspadai Upaya Provokasi yang Rusak Kerukunan Beragama

Diakhir acara Presiden Mahasiswa UIJ Ayaturrahman A Malik menyerukan agar para mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam organisasi intra dan ekstra kampus, bersama- sama agar mendampingi dan memberikan pencerahan kepada masyarakat di daerahnya masing-masing untuk mewaspadai adanya upaya provokasi yang bisa merusak kerukunan beragama.
“Nilai-nilai Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika dan pluralisme beragama, harus terus dipelihara dan dijalankan dalam kehidupan-sehari-hari,” ucapnya.

Lebih jauh, Malik kembali menghimbau agar mewaspadai dan menghentikan upaya-upaya pihak tertentu yang ingin memancing di air keruh dan menebarkan kebencian diantara sesama umat beragama dan anak bangsa. Indonesia harus tetap bersatu dengan Ideologi Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang diwariskan oleh founding father kita.

“Ideologi dan Semboyan itu adalah kekayaan kita sebagai bangsa, bahkan di amerika yang termasuk negara super power masih kebingungan mencari format meyatukan warganya yang berbeda warna kulit, tidak itu saja banyak negara luar sana iri dan bangga dengan Indonesia yang memiliki kerukunan, ketentraman yang terjalin dengan baik antar sesama dalam lingkungan masyarakat,” tandasnya.

Toleransi antar umat beragama yang sudah terbangun lama di Indonesia, harus dijaga. Paham radikalisme dan anarksime harus dicegah. Kesadaran akan persatuan dan Bhinneka Tunggal Ika mesti terus ditanamkan. Dalam konteks ini, pemuda mempunyai peranan penting dalam mengawal, menegakkan dan menyebarkannya kepada masyarakat.

“Karena itu, sebagai generasi muda (mahasiswa dan pemuda) mari kita jaga selalu kerukunan antar antar umat beragama yang selama ini kita miliki,” tutupnya.

Temukan juga kami di Google News.