Jakarta – Tepat 17 Agustus besok, genap sudah bangsa ini mengarungi lautan kemerdekaan selama 71 tahun. Namun, banyak hal yang terjadi selama 71 tahun bangsa ini merdeka, mulai dari rentetan bencana yang memilukan, dan berbagai rentetan kasus yang melibatkan lingkaran penguasa menjadi tak terselesaikan. Bertepatan momentum tersebut, Konsolidasi Mahasiswa Jakarta (KMJ) justru akan menyiapkan aksi turun ke jalan agar pemerintah segera menyelesaikan carut marut perekonomian bangsa.
Humas KMJ Chaioulah menyebutkan mahasiswa se Jakarta akan melaksanakan aksinya pada Rabu besok (17/8/2016) di depan LBH Jakarta. Ia menyoroti persoalan semakin berkuasanya kaum kapitalis di Republik ini. Bahkan, kata dia, tidak pemerataan pembangunan yang dilakukan dengan dalih ingin mengembangkan suatu daerah padahal hanya kepentingan sekelompok penguasa tanpa memikirkan nasib rakyat tergerus habis dan ditindas.
“Kita akan aksi di area Jalan Diponegoro depan LBH Jakarta,” tegas pria yang akrab disapa Ayum.
Ayum menyesalkan reaksi rakyat yang seakan terlena dengan seorang sosok Presiden yang katanya lahir dari rakyat, bekerja untuk rakyat, dan memperjuangkan hak-hak rakyat. Bahkan, Jokowi disebut-sebut telah datang dengan Nawacita tapi baginya Nawacita itu sendiri ibarat brosur dagangan yang dilempar untuk menarik perhatian investor asing.
“Nawacita menjadi slogan dan brosur dagangan saja,” terang dia.
Ayum melanjutkan seiring berjalannya waktu semua itu semakin terlihat, segala kebijakan yang diambil selalu bertentangan dengan UUD. Mulai dari kebijakan mencabut subsidi BBM, membuat kebijakan kartu Indonesia Sehat yang katanya bisa digunakkan oleh orang miskin tapi hal itu dinilainya omong kosong. Selain itu, kata dia, masuknya Tenaga Kerja Asing ke Indonesia secara drastis tanpa memikirkan nasib rakyatnya.
“Kita bisa lihat belakangan ini banyak tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia tanpa paspor dan surat-surat mereka pun bekerja sebagai buruh kasar di bangsa ini. Padahal jelas sudah dalam peraturan tentang ketenagakerjaan bahwa pekerja asing hanya boleh bekerja sebagai tenaga ahli bukan sebagai buruh kasar. Ini adalah contoh kebijakan yang tidak memperhatikan nasib bangsanya sendiri sampai hal yang sangat miris kita dengar adalah masuknya orang asing sebagai seorang pejabat publik di bangsa ini. Terlihat bangsa ini dipimpin oleh orang yang hanya main-main saja,” jelasnya.
Oleh karenanya, kata Ayum, pihaknya mengajak mahasiswa se-Jakarta untuk bersama-sama menyatukan pemikiran, dan hancurkan tembok perbedaan. “Satukan persepsi, dan pandangan. Rezim Jokowi-JK telah gagal dalam menahkodai bangsa ini,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan