Jakarta – Kabid Penum Mabes Polri Kombes Pol Rikwanto menegaskan bahwa aksi terorisme di Indonesia adalah hal yang nyata bukan suatu rekayasa atau by desaign.

“Di Indonesia ini teroris beneran, matinya beneran, bomnya juga beneran. Ada bom Bali, Thamrin, dan terakhir Bom Polresta Surakarta,” kata Rikwanto, saat diskusi publik bertema “Penanganan Terorisme Dilema antara Ham dan Melindungi Masyarakat” yang diinisiasi Pustaka Indonesia dan Gema Indonesia di Dunkin Donats, Jakarta, Rabu (27/7/2016).

Rikwanto pun mengatakan bahwa jaringan teroris yang melakukan aksinya itu berbeda-beda. Seperti kejadian yang terjadi di bom Polresta Solo berbeda dengan jaringan bom Thamrin atau kelompok Santoso.

“Membedah nya harus satu-satu, jangan disamakan. Untuk Bom Polresta Solo ini kubu siapa, dan seterusnya,” ungkap Rikwanto.

Lebih lanjut, Rikwanto pun merasa prihatin dengan kenekatan pelaku pemboman Nur Rohman tersebut dan hal itu mestinya pekerjaan rumah (PR) itu bisa diselesaikan bersama.

“Nur Rohman di Polresta Solo itu ngapain, kok sampai orang begitu nekat lakukan. Itu yang mesti dicari tahu,” jelasnya.

Lebih jauh, Rikwanto ikut mengajak tim 13 evaluasi penanganan terorisme untuk duduk bersama dengan Densus 88 dan Bareskrim terkait tudingan 123 pelanggaran ilegal yang dilakukan Densus 88.

“Pak Busyro bilang ada 123 pelanggaran ilegal, seharusnya kita duduk bersama dengan Densus dan Bareskrim. Diskusikan bersama, itu diskusikan apa saja 123 pelanggaran itu,” tandasnya.

Temukan juga kami di Google News.