Jakarta – Sejumlah kalangan bahkan para pemimpin negara ikut bereaksi terkait aksi kudeta militer Turki kepada sang Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan.

Di Indonesia, eks Kepala Badan Inteljen Negara (BIN) A.M Hendropriyono ikut mengomentari upaya kudeta militer tersebut dan memberikan analisanya.

Disebutkan Ayahanda stafsus Diaz Hendropriyono itu, ada hal yang perlu dicermati saat ini di Turki yakni keadaan lingkungan strategis Turki menjelang usaha kudeta tersebut.

Pertama, kata dia, dalam era Mustafa Kemal Pasha sebagai Attaturk, urusan pemerintahan terpisah dari urusan agama.

“Sejak pemerintah Erdogan pemisahan tersebut semakin pudar. Militer dan sebagian masyarakat ingin kembali seperti keadaan pada era Attaturk,” beber Hendropriyono, Sabtu (16/7/2016).

Berikutnya, lanjut dia, sikap administrasi Erdogan yang mendua dalam kasus ISIS dan sikap swasta Turki (termasuk putra Erdogan) mengambil kesempatan beli minyak ISIS.

“Sementara Rusia menuduh ISIS adalah rekayasa Barat mendukung usaha kudeta kelompok militer. Barat yang biasa dukung Erdogan terlihat ambigu, kecuali jika administrasi Obama berhasil mendobrak kebiasaan Barat tersebut,” terangnya.

Analisa selanjutnya, tambah Hendro, Erdogan menyerukan rakyat pendukungnya, untuk turun ke jalan menentang kudeta.

“Biasanya Barat berada di belakang “People power,” ujarnya.

Analisa kelima, sambung Hendro, jika Barat tiba-tiba kembali ambigu, karena runtuhnya ISIS ternyata kini menyuburkan kembali Al Qaeda, Maka usaha kudeta kelompok militer ini akan berhasil.

“Kudeta kelompok militer akan gagal jika pimpinan mereka tidak jelas. Sedangkan Erdogan tetap memegang komando pengendalian terhadap militer,” tandas profesor intelijen itu.

Temukan juga kami di Google News.