Jakarta – Serikat Mahasiswa Pemerhati Transportasi (SMPT) meminta Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Halim Pagarra dicopot dari jabatannya lantaran dinilai tak mampu mengurai kemacetan parah dibeberapa titik Ibukota Jakarta terutama depan Mapolda Metro Jaya.

Pasalnya, kejadian peristiwa itu terjadi pada Rabu kemarin, 27 September 2017 pukul 21:30 wib di jalan Sudirman tepatnya didepan Mapolda Metro Jaya yaitu kemacetan parah pada saat diluar jam pulang Kantor.

“Kami meminta agar Kombes Pol Halim Pagarra dicopot dari jabatannya sebagai Dirlantas Polda Metro karena tak mampu mengatasi permasalahan kemacetan lalu lintas di Ibukota. Dir Lantas sudah mati angin untuk merekayasa lalu lintas, masa depan Mapolda Metro saja kena imbas macet juga,” ungkap Ketua SMPT Hendi Ilmawan, hari ini.

Lebih lanjut, Hendi juga menyayangkan kurang gregetnya Dirlantas Polda Metro dalam melakukan terobosan dan inovasi untuk mengatasi kemacetan lalin yang kian parah membuat jalanan bagai sarang semut.

“Jajaran lalu lintas Polda Metro Jaya tidak memiliki inovasi dalam mengatasi kemacetan di Jakarta. Jalanan apa sarang semut kok semrawut gini,” tutur dia.

Atas kejadian tersebut, yang tentunya memancing respon negatif dari kalangan mahasiswa Ibu kota, Hendi pun mendorong agar merotasi posisi jabatan Halim Paggara pada sosok yang mumpuni. Sebab, kata dia, jajaran lalu lintas di bawah kepemimpinannya dianggap belum bekerja secara maksimal.

“Dampak yang ditimbulkan oleh kemacetan lalu lintas ini sangatlah banyak dan sudah jadi momok menakutkan bak zombie bergentayangan,” kata dia.

Selain itu, lanjut dia, dampak lainnya adalah dari sisi waktu dan biaya, bahkan menambah tingkat ke-stressan dan menimbulkan emosi. Akibatnya pekerjaan pun menjadi terganggu. Kadang-kadang akibat terburu-buru akan terjadi kecelakaan yang dapat mengancam nyawa para pengguna jalan.

Kemacetan juga menyebabkan laju kendaraan menjadi lambat dan pembakaran pun menjadi lama, pembakaran yang lama akan menghasilkan karbondioksida sehingga akan menimbulkan polusi udara yang semakin banyak. Karbondioksida mengandung racun yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sehingga produktivitas menurun.

“Bila produktivitas menurun maka perekonomian juga akan terganggu. Jadi kesehatan dan ekonomi pun ikutan terganggu. Saya rasa sudah layak dicopot karena tak punya strategi mengatasi kesemerawutan lalu lintas,” tandasnya.

Temukan juga kami di Google News.