Jakarta – Ketum PNIB AR Waluyo Wasis Nugroho menyebut tidak ada masalah antara pemilik maupun pengurus rumah doa dengan warga sekitar yang pernah mendapatkan sorotan publik.
“Yang ada hanyalah operasi senyap dari kelompok fpi hti jat jad yang memprovokasi sebagian kecil warga yang notabene orang-orang dari kelompok sarabpatinggenah,” kata Waluyo, hari ini.
“Apa yang termuat dalam berita banyak yang banyak menyudutkan para korban tak sesuai dengan fakta sesungguhnya di masyarakat,” ujarnya lagi.
Menurutnya, warga masyarakat lendah hidup rukun aman damai saling gotong royong membonsai perbedaan menjadi sebuah keindahan dalam pelangi kebhinekaan dalam naungan panji merah putih Indonesia berpancasila.
“Puasa adalah jihad melawan hawa nafsu didalam diri kita sendiri, menata hati melatih kesabaran tak sekedar menahan lapar nan dahaga. Ramadhan BUKAN dianjurkan untuk menebar fitnah, melakukan tindakan intoleransi persekusi kepada umat lainya, BUKAN untuk lakukan tindakan kriminal serta Ramadhan BUKAN untuk menggaungkan Khilafah Radikalisme Terorisme & Politik Identitas,” papar pria yang akrab disapa Gus Wal.
Dikatakannya, sungguh sayang sekali ada oknum-oknum tertentu yang memfitnah warga dusun yang hidup rukun, tentram damai dengan memprovokasi sedikit sekali warga untuk berbuat intoleransi. Bahkan mungkin persekusi hingga membuat sang pemilik dan keluarganya ketakutan berujung pada penutupan patung bunda Maria ataupun Siti Maryam.
Mengatasnamakan umat islam lantas berbuat diluar tuntunan ajaran islam?
Mengatasnamakan menjaga bulan suci ramadhan lantas apakah dengan mempersekusi umat agama lainya?
“Sungguh, tindakan intoleransi persekusi Mengatasnamakan umat islam, membela umat islam dan menjaga bulan suci ramadhan lantas berbuat hal yang demikian adalah Sungguh mengingkari ajaran agama islam yang “Rochmatan Lil “alamin” menebarkan rahmat penuh cinta kasih kepada seluruh alam raya,” bebernya.
Disisi lain, lanjutnya, pihaknya berharap para pelaku penyerangan ataupun pemukulan terhadap Gus Fuad Plered dan pelaku persekusi serta intoleransi di Lendah Pleret Bantul bisa segera ditangkap, diadili dan dihukum yang seberat beratnya.
Selain meresahkan dan membuat trauma yang mendalam bagi para korbannya, apa yang dilakukan oleh para pelaku ini sangat mengancam kerukunan antar umat beragama serta mengancam keselamatan integritas bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam agama, suku dan budaya.
“Dan kami PNIB berharap kepada pemerintah, terlebih kepada menteri pariwisata, menteri desa maupun pemerintah kabupaten kulonprogo agar menjadikan desa Lendah yang saat ini disorot seluruh penjuru negeri bahkan oleh dunia internasional dijadikan desa wisata kebhinekaan atau desa wisata kerukunan antar umat beragama,” sambungnya.
Hal tersebut dirasa perlu sebagai pembelajaran bagi kita semua dimasa yang akan datang dan sebagai percontohan serta teladan agar segenap rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke selalu mengedepankan tenggang rasa, asah asih asuh, saling menghargai dan saling menghormati serta menjaga kerukunan, kebhinekaan dan persatuan Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku dan budaya.
Kata dia, PNIB juga meminta kepada Densus 88, Polri dan TNI untuk segera menangkap Muhammad Aris Fathurohman dan membubarkan FJI Forum Jihad Islam karena sudah sangat meresahkan rakyat dan mengancam keselamatan rakyat Indonesia.
“Negara tak boleh kalah, jangan biarkan HTI FPI NII JAT JAD dan sel-selnya bangkit kembali. Jika dibiarkan ya seperti ini adanya penyerangan terhadap Gus Fuad Plered Bantul dan kasus penutupan patung bunda Maria di lendah kulonprogo. Jangan sampai Indonesia kembali terulang peristiwa peristiwa tersebut. Karena hanya PKI yang menyerang dan melakukan tindakan kriminal kepada ulama” seperti yang dilakukannya kepada Gus Fuad ini,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan