Jakarta – Terhitung sudah 88 tahun, sejak 28 Oktober 1928, para pemuda dan bangsa Indonesia memperingati Sumpah Pemuda. Dalam sejarahnya, pemuda telah berjuang keras dengan jiwa dan raganya demi menjaga persatuan dan kemerdekaan.
Kini, para pemuda diharapkan senantiasa merawat dan menjaga persatuan dan kesatuan yang sudah disepakati saat Sumpah Pemuda. Merawat kebhinekaan merupakan tantangan bagi pemuda saat ini.
Elemen pemuda tergabung dalam Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Islam Indonesia (PP GPII) dan Brigade Pelajar Islam Indonesia (PII) pun mencoba tantangan tersebut. PP GPII dan Brigade PII pun mengajak seluruh komponen masyarakat, pemuda, mahasiswa, lintas agama, untuk bersama-sama merawat persatuan nasional dalam keberagaman dengan renungan suci pengibaran bendera raksasa yang akan digelar di Patung Kuda, Jl. Medan Merdeka, Jakarta, Jumat malam (28/10).
“Peringatan 88 Tahun Sumpah Pemuda, kami mengundang nanti malam pukul 19.00 Wib, agar seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama merawat persatuan nasional dalam keberagaman untuk hadir di Patung Kuda Indosat,” tegas Ketua Bidang Dakwah PP GPII Nanang Qosim.
Lebih lanjut, kata Nanang, renungan suci tersebut sekaligus dilakukan pengibaran bendera Merah Putih raksasa berukuran 8×4 meter sebagai simbol peringatan Sumpah Pemuda ke 88 tahun. Dan dilanjutkan dengan pembacaan ikrar “Wujudkan Indonesia tanpa SARA”.
“Menjadi tantangan yang nyata kita hadapi bersama yaitu merawat kebhinekaan dan merawat persatuan. Para pemuda harus siap menghadapi tantangan tersebut, kita satu Tanah Air, satu bangsa, satu bahasa, satu negara, dan satu wilayah,” bebernya.
Lebih jauh, sambung Nanang, para pendiri bangsa sudah sepakat untuk bersatu dalam keberagaman. Itu artinya semua bersatu sebagai saudara sebangsa setanah air.
“Kesepakatan untuk bersatu dalam keberagaman ini sudah final. Bangsa yang besar adalah yang saling menghargai perbedaan. Respek satu dengan yang lain,” pungkasnya.
Dalam acara itu nantinya, mereka juga mengundang para pemuka agama baik dari MUI, WALUBI, KWI, Matakin, PHDI, PGI, serta praktisi perdamaian.
Tinggalkan Balasan