Jakarta – Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Tito Karnavian, menjernihkan sejumlah kabar bohong (hoax) di media sosial, yang telah mencatut namanya.
Kabar bohong itu, terutama mengambil topik soal sikap dan arahan Tito menjelang Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2017.
“Saya melihat ada beberapa berita hoax untuk menyudutkan saya akhir-akhir ini,” kata Tito, dalam keterangan tertulis, yang ramai dilansir media, Sabtu malam (15/10).
Setidaknya ada dua kabar bohong, yang menyeret nama Tito dalam topik Pilkada DKI 2017.
Bohong: pemeriksaan Amien Rais
Kabar bohong pertama, menyebut Tito mengirim instruksi agar anak buahnya melakukan pemeriksaan terhadap tokoh senior Partai Amanat Nasional, Amien Rais.
“Menuding Presiden Lindungi Ahok, Kapolri Instruksikan Bareskrim Segera Periksa Amien Rais” demikian judul artikel bohong itu.
Artikel macam itu mulai beredar pada Sabtu (15/10), mula-mula melalui situs L*ntebola.com. Belakangan, isapan jempol itu dimuat pula oleh situs macam, Hot-banget.id, Ambiguistik.com, dan Moral-Politik.com.
Beberapa di antara situs itu, tidak menampilkan keterangan pengelola yang jelas. Tak ada laman “Tentang Kami” serta informasi seputar penanggung jawab redaksi. Merujuk ketidakjelasan nama dan informasi tersebut, situs-situs itu bisa dikategorikan abal-abal.
Meski demikian, artikel bohong itu telanjur menyebar melalui media sosial, macam Facebook. Termasuk ikut dibagikan dalam sejumlah grup pendukung Ahok. Sejumlah akun pun terjebak isapan jempol, sehingga bersepakat dengan kabar dalam artikel bohong itu.
Sebagai contoh, berikut satu tangkapan layar penyebarannya di Facebook.
Sekadar latar informasi, tokoh sentral PAN, Amien Rais, memang ikut bergabung dalam unjuk rasa yang mendesak proses hukum terhadap calon petahana dalam Pilkada DKi Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), di Jakarta, Jumat (14/10).
Aksi itu menyusul tudingan terhadap Ahok, yang dianggap telah menistakan agama, dalam pernyataannya yang menyoal penggunaan surat Al Maidah dalam suasana menjelang Pilkada DKI.
Dalam unjuk rasa itu, Amien juga berorasi di hadapan ribuan massa. “Mudah sekali untuk menyelesaikan masalah ini, segera tangkap Ahok, proses hukumnya yang wajar saja. Begitu proses hukum jalan, ini umat Islam lega karena penghinaan ini ada hukumannya,” kata Amien, dilansir Republika.co.id.
Agaknya, kehadiran Amien dalam aksi dan orasinya itulah yang dimanfaatkan untuk menyebar kabar berbumbu dusta. Termasuk kebohongan soal adanya instruksi pemeriksaan Amien yang datang dari Kapolri.
“Seolah-olah ada perintah saya untuk memeriksa Pak Amien Rais, padahal tidak ada perintah saya,” kata Tito, membantah kabar bohong itu.
Bohong: salindia arahan Kapolri
Selain itu, ada pula gambar bohong berupa salindia (slideshow) yang disebut sebagai bahan presentasi Kapolri.
Salindia yang dibumbui tajuk “Arahan Kapolri” itu, antara lain menyiratkan keberpihakan Tito terhadap Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta. Singkatnya, salindia itu ingin menghadirkan kesan bahwa Tito ikut “main politik”.
Tito pun balik menyebut salindia itu “tak punya sumber yang jelas” sekaligus membantah seluruh informasi di dalamnya.
Ia juga menjelaskan bahwa hubungannya dengan Ahok sebatas profesional.
“Terutama terkait masalah Gubernur Ahok. Hubungan saya sebatas profesional sebagai Kapolda dan Gubernur di tahun 2015,” ujar jenderal polisi yang pernah menjabat sebagai Kepala Polda Metro Jaya itu (Juni 2015- Maret 2016).
Salindia bohong tersebut ikut disebar akun-akun pseudonim, yang selama ini getol menyerang Ahok. Semisal termuat dalam kicauan Anoman Obong (@mata_indigo), Sabtu (15/10).
Soal beredarnya kabar bohong ini, Tito pun mengingatkan warga, agar tidak lekas percaya pada berita-berita yang viral di media sosial.
Tito juga mengatakan ada upaya untuk membuat viral sejumlah kabar bohong, untuk agenda-agenda tertentu menjelang Pilkada.
“Setiap orang dapat membuat sesuatu dan sengaja di-viral-kan untuk agenda mereka sendiri. Mari kita gunakan cara damai, cerdas, demokratis, dan tanpa kekerasan atau ancaman untuk menunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa beradab yang sudah dewasa dalam berdemokrasi,” ujarnya.
Tinggalkan Balasan