Jakarta – Ignasius Jonan hanya dua bulan lebih menjadi warga biasa. Setelah lengser dari kursi Menteri Perhubungan akhir Juli lalu, Jonan tak menduduki jabatan apa pun. Ia menjadi warga biasa.

Tak disangka, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memanggilnya kembali menjadi menteri. Kali ini menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sedangkan Archandra Tahar, yang dulunya sempat tiga pekan menjadi Menteri ESDM geser sedikit menjadi Wakil Menteri ESDM.

Apa pertimbangan Jokowi memilih mereka berdua?

Jokowi menilai Jonan dan Arcandra merupakan figur profesional yang tepat untuk memimpin Kementerian ESDM. Jokowi menganggap keduanya berani dan mampu melakukan reformasi besar-besaran di kementerian ini. “Meski pun saya tahu keduanya keras kepala, tapi (mereka) suka terjun di lapangan,” kata Jokowi usai melantik Jonan dan Arcandra di Istana Negara, Jumat (14/10) seperti dikutip dari Katadata.co.id.

Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi mengatakan, Jokowi sudah mempertimbangkan dengan teliti dan mendengar banyak masukan saat memilih keduanya. Jonan terpilih dari sekitar empat sampai enam nama calon kandidat yang masuk di meja presiden.

Johan menjelaskan, Jokowi sebenarnya sudah menyiapkan pos baru untuk Jonan selepas lengser dari kursi Menteri Perhubungan. Jonan hendak dipasang menjadi pemimpin salah satu perusahaan induk (holding) Badan Usaha Milik Negara (BUMN)..

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Jokowi adalah calon Menteri ESDM harus berasal dari kalangan profesional dan memiliki kredibilitas. Selain profesional, Jonan dianggap sosok yang berani. Menurut pertimbangan Presiden, Jonan punya integritas, kapabilitas, dan lincah sebagai menteri. Dengan kemampuan manajerial yang baik, Jonan dianggap mampu

Selain itu, kata Johan Budi, karena ruang lingkup Kementerian ESDM sangat besar, Jokowi merasa perlu ada Wakil Menteri untuk membantu Jonan. Pilihannya jatuh pada Arcandra. Maka mereka digabung. “Saya kira ini kombinasi yang bagus,” ujar Johan.

Jokowi menegaskan, pemilihan keduanya murni karena masalah manajemen. “Jangan ditarik ke isu-isu personal atau isu-isu politik, ini isu manajemen,” katanya seperti dinukil dari Setkab.go.id.

Jonan mengaku baru dihubungi Presiden dua jam sebelum dilantik. Jonan menyatakan pernah bertemu Presiden satu bulan lalu. Menurutnya, pertemuan itu tak ada obrolan tentang tawaran menjadi menteri ESDM. “Tapi berbicara secara umum,” ujar Jonan.

Sedangkan Arcandra meyakini Presiden punya pertimbangan mengenai posisi wakil menteri. Dia akan mendukung apa pun yang diputuskan oleh Presiden. “Saya sepenuhnya akan mendukung Pak Jonan menjalankan tugas-tugas menteri ESDM,” kata Arcandra.

Archandra menegaskan, masalah kewarganegaraan yang pernah dihadapinya sudah selesai. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasona Laoly juga memastikan Arcandra sudah secara resmi menjadi Warga Negara Indonesia. “Sudah beres, mantab, tidak ada persoalan. 100 persen WNI, sudah sejak akhir Agustus,” ujarnya.

Jonan dan Archandra akan melanjutkan program yang sudah ada. Misalnya soal proyek Masela. Selain itu juga masalah pungutan liar (pungli). Bagi Jonan, pungli merupakan gangguan sangat serius untuk kemajuan bangsa, sehingga harus diberantas. Ia menginginkan di bawah kepemimpinannya Kementerian Energi harus menjadi bersih tidak ada praktik pungli. “Harus bersih dong. Kalau pun ada kami selesaikan. Duduk baik-baik,” kata Jonan.

Mengenai mafia migas, Jonan kurang mengetahui sepak terjang mereka. Sebab, dia baru berkecimpung di dunia energi, terutama di industri migas. Meski begitu, Jonan berjanji tidak akan tinggal diam kepada mafia migas. “Nanti kami beresin,” kata Jonan. Jonan meminta waktu untuk menyusunnya. Ia akan segera memetakan prioritas kerjanya setelah serah terima jabatan dengan Pelaksana tugas Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan, Senin (17/10).

Temukan juga kami di Google News.