Jakarta – Himpunan Aktivis Masjid Tanah Abang (Hamas) menyamakan kasus penghinaan terhadap ayat suci Al Quran Al Maidah ayat 51 oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan kasus yang dialami pendiri tabloid Monitor Arswendo Atmowiloto tahun 1990 lalu.

“Kasus penghinaan Al Maidah 51 ini membuat saya teringat pada Arswendo 26 tahun lalu,” tegas Penasehat Hamas Tanah Abang Ustadz H. Dani Anwar saat tabligh akbar bertema “Hukuman Buat Penista Agama” di Masjid Jami Said Na’um Kebon Kacang Jakpus, Minggu (16/10/2016).

Dijelaskan Dani, saat itu tabloid yang sangat terkenal bahkan oplahnya terbesar serta sebagai media cetak terpopuler di Indonesia itu mengadakan survei “tokoh idola”. Para pembacanya dipersilahkan menulis nama tokoh idola mereka, lalu dikirim ke alamat tabloid tersebut. Dan hasil polling itu sangat mengejutkan, nama Soeharto terpilih sebagai tokoh idola urutan teratas, disusul oleh BJ Habibie, Soekarno dan musisi Iwan Fals. Nama Arswendo berada diperingkat ke 10, sedangkan nama Nabi Muhammad berada di peringkat ke 11.

“Polling tabloid ini sungguh konyol, dengan memposisikan Nabi Muhammad di urutan ke 11. Umat Islam pun terpicu kemarahannya, dengan melakukan gerakan massa yang sangat masif, yakni setiap hati demo,” beber dia.

Dani melanjutkan, masyarakat yang demo tanpa henti itu pun membuat Presiden Soeharto turun gunung dengan memerintahkan ABRI untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Dan akhirnya, Arswendo dijebloskan kedalam penjara, tabloid Monitor juga dipaksa berhenti terbit selamanya.

“Presiden waktu itu perintahkan usut tuntas kasus itu. Akhirnya Arswendo diadili dan divonis 5 tahun penjara,” jelas dia.

Lebih lanjut, Dani pun mengingatkan agar pihak-pihak yang sengaja menistakan agama harus bernasib sama dengan Arswendo yakni menjalani hukuman penjara.

“Adili orang-orang yang menistakan agama, hukum di NKRI harus ditegakkan,” ucap dia.

Selain itu, Dani juga menyayangkan beredar kabar terkait instruksi Kapolri Tito Karnavian yang memerintahkan Bareskrim untuk memeriksa Amien Rais paska orasi kerasnya yang dianggap memprovokasi massa saat aksi demo kemarin.

“Saya tidak tahu medianya apa karena kurang terkenal, tetapi kita juga tidak tahu kebenarannya. Kegaduhan ini masih belum terselesaikan,” tandasnya.

Temukan juga kami di Google News.