Jakarta – Genderang pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI mulai memanas. Berbagai isu terus dimunculkan untuk menjegal salah satu lawannya yang ikut bertarung. Salah satunya adalah isu sensitif agama.
Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Willy Prakarsa menyayangkan agama di Indonesia kerap dijadikan sebagai komoditas politik. Pasalnya, kata dia, setiap kali Pilkada dimana pun berada agama menjadi faktor jualan yang sangat laku.
“Kami menyayangkan para begundal politik memanfaatkan situasi Pilkada DKI ini. Dengan menjadikan agama sebagai komoditas politik. Kasihan, saya melihat makin banyak orang berpikir terkotak-kotak,” tegas Willy, Senin (10/10/2016).
Lebih lanjut, Willy mengingatkan bahwa agar penduduk warga DKI untuk tidak terjebak dalam permainan politik yang terjadi saat ini. Sebab, kata dia, masa-masa saat ini sangatlah rawan dengan perpecahan. Sehingga di lapangan sering terjadi percikan konflik antar masa pendukung. Pertarungan ideologi yang pun disuguhkan di tataran elite parpol.
Masih kata Willy, tak jarang pula seorang sahabat menjadi retak hubungannya karena perbedaan. Padahal, momentum Pilkada DKI ini hanya sesaat dan seluruh lapisan masyarakat mendukung pemimpin yang terpilih secara demokrasi.
“Indonesia menganut pluralisme dan sah-sah saja siapapun pemimpinnya dari agama apapun dengan catatan sesuai agama yang diberlakukan di Indonesia. Jangan jadikan Pilkada DKI ini kita menjadi bercerai berai,” tutur dia.
Willy memastikan Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa dari perpecahan, konflik yang terjadi ditengah lapisan masyarakat, dengan jalan setiap masyarakat harus mampu menjiwai secara mendalam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun ia mengaku optimis Kepolisian RI dibawah Kepemimpinan Kapolri Tito Karnavian mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan tidak mengganggu kamtibmas ditengah-tengah pesta demokrasi.
“Kami yakin sikap netralitas Polri dipastikan tetap terjaga ditengah-tengah kegaduhan politik di DKI saat ini,” sebutnya.
Lebih jauh, Willy justru mengapresiasi sikap calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang legowo meminta maaf ke publik terkait polemik surat Al Maidah ayat 51.
“Ya bagus lah Ahok belajar Al Quran lewat Surat Al Maidah 51. Ya jangan disudutkan kalau salah, harusnya dibenarkan itu. Ya barangkali Ahok nanti jadi Muallaf,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan