Jakarta – Elemen masyarakat Maluku yang tergabung dalam Moluccan Community (Komunitas Orang Maluku) mendiskusikan persoalan carut marut yang terjadi di Maluku berbarengan perayaan HUT Kota Ambon yang ke – 441.
Diskusi yang membongkar problematika pelayanan, kesehatan, pembangunan, ekonomi, sosial, politik bahkan proyek investasi Blok Masela itu digelar di Demang Coffee Lounge La-Monte Building Sarinah Thamrin JL. KH Agus Salim 60 A Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2016).
Acara yang dipandu oleh moderator aktivis 98 Arnold Thenu itu, dihadiri narasumber praktisi kesehatan, Dr Veronica.N.K.D Kalay.M Biomed, Pengamat Infrastruktur Janes Nanulaitta, ST, dan Pengamat Ekonomi Laurenzo R Leepel, SE. MM.
Pengamat Infrastruktur Janes Nanulaitta, ST mengakui pembenahan infrastruktur di Maluku masih kurang maksimal dan masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) yang masih perlu dibenahi oleh Pemerintah Provinsi Maluku itu sendiri. Salah satunya yang menjadi sorotan adalah belum ada peningkatan layanan kesehatan yang lebih memadai dengan menambah jumlah Rumah Sakit maupun Puskesmas yang layak.
“Kalau dirasakan manfaatnya maka akan lebih baik dan ideal sehingga difokuskan hal-hal untuk masyarakat. Kalau menurut saya, memang lebih baik membangun Rumah Sakit, dan memperbanyaknya agar lebih terjangkau masyarakat Maluku disana,” ungkap Janes.
Selain itu, kata Janes, sisi infrastruktur adalah suatu hal yang urgen untuk dibenahi. Konsep tata ruang pun juga masih perlu dibenahi, sebab di Kota Ambon sendiri saat musin hujan kerap memakan korban jiwa.
“Ambon yang Kotanya di Maluku saja masih semrawut. Ini perlu dibenahi. Musim penghujan, longsor terjadi dimana-mana dan muncul korban jiwa. Bahkan daerah Batu Merah yang wilayahnya nampak padat saja, memakan korban jiwa,” jelasnya.
Lebih lanjut, Janes berharap kedepan melalui kepemimpinan yang baru perlu mulai merubah suatu maindset nya.
“Perencanaan perlu dibuat terlebih dahulu, dan disiapkan peningkatan SDM di Maluku. Soal blok Masela, agar menjadi catatan rakyat Maluku perlu memberikan presure,” ucapnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Laurenzo R Leepel, SE. MM mengomentari perebutan Lapangan Merdeka dan Pulau Liang antara Gubernur dan Walikota. Menurutnya, hal itu tidak terjadi suatu keserasian dan satu suara. Gubernur merasa itu aset miliki rakyat Maluku sehingga inilah yang menjadi pemicu.
“Dengan pengelolaan yang baik, melalui Gubernur dan Pemprov kita inginkan menjadi lebih baik saja. Jangan saling kuasai,” kata dia.
Dikatakan Laurenzo, ukuran daya beli masyarakat Maluku itu tergantung pada sejahtera nya atau tidak. Disini sejahtera itu terintergrasi, orang mau ke rumah sakit itu mudah dan aman. Jalan, rumah sakit, pendapatan, itu aman.
“Mudah-mudahan nantinya Maluku menjadi lebih baik dan ekonomi bisa bagus dengan rakyat bisa sejahtera,” kata dia.
Praktisi kesehatan Dr Veronica.N.K.D Kalay.M Biomed menyayangkan kondisi pelayanan Rumah Sakit di Kota Ambon, Maluku yang jauh kurang memenuhi standar.
“Saya keliling di Ambon, memang dalam pelayanan kesehatan disana kurang dan Rumah Sakitnya juga kurang. Bahkan kapasitasnya juga. Perawatnya juga tidak ada 3 S (Senyum, Sapa, Salam),” tutur Veronica.
Lebih jauh, Veronica mengatakan peralatan kesehatan juga kurang terpelihara dengan baik, maintenence nya juga kurang baik, bahkan rumah sakit rujukan tidak memenuhi syarat. Veronica pun mengusulkan agar infrastrukturnya bisa ditambah Rumah Sakit, dan Puskesmas bisa diusulkan menjadi RS Pratama.
“Tapi yang paling kurang disana adalah SDM nya. Saya amati segi kesehatan itu memang menjadi perhatian. Kita tidak bisa membayangkan, kelas VIP saja sama seperti kelas III nya di Jakarta. Pelayanan juga kurang memuaskan dan responnya kurang baik. Apalagi tenaga spesialis yang kurang memadai,” paparnya.
Dipenutup acara, Arnlod pun menyimpulkan bahwa dibutuhkan suatu leadership yang kuat untuk mengayomi dan melayani masyarakat Maluku. Sebab, kata dia, yang terjadi saat ini adalah krisis kepemimpinan lokal baik Gubernur dan lain-lainnya.
“Pemimpin di Maluku itu semua omong kosong semua. Apalagi Gubernur di Maluku itu anti demokrasi tidak bisa menerima perbedaan,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan