Jakarta – Kasus pembunuhan terhadap Munir, aktivis HAM, akan menginjak 12 tahun pada Rabu besok (7/9/2016). Pasalnya, Munir yang dibunuh dengan cara diracun pada 7 September 2004 di atas pesawat Garuda Indonesia (GA-974) dalam penerbangan Jakarta-Amsterdam dengan tujuan melanjutkan studinya di Belanda.
Imparsial menilai hingga kini, pembunuhan tersebut masih menyisakan misteri dan pertanyaan. Sejumlah kejanggalan belum terungkap dan otak di balik pembunuhan itu masih bekeliaran bebas.
“Kami memandang pengungkapan kasus pembunuhan aktivis Ham Munir adalah salah satu agenda penting dalam penuntasan kasus-kasus pelanggaran Ham di masa reformasi,” ungkap Direktur Imparsial Al Araf, Selasa (6/9/2016).
Lebih lanjut, Al Araf mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk segera membuka dan mengungkap hasil penyelidikan Tim Pencari Fakta (TPF) kasus Munir kepada publik dan menindaklanjuti hasil temuan dari penyelidikan tersebut. Serta, kata dia, membentuk tim independen baru dalam upaya mengusut secara tuntas kasus pembunuhan aktivis HAM Munir.
“Terus berlarut dan tidak kunjung tuntasnya kasus pembunuhan Munir hingga 12 tahun masih memperlihatkan rendahnya komitmen pemerintah dalam penegakan HAM di Indonesia,” tuturnya.
Oleh karenanya, sambung Al Araf, upaya mengungkap kasus itu secara tuntas dan mengadili dalangnya bukan hanya akan menunjukkan sejauhmana komitmen pemerintah Jokowi dalam penegakan Ham melainkan juga menjadi tolak ukur bagi Indonesia sebagai Negara Demokrasi yang melindungi Ham. Hasil penyelidikan yang dilakukan oleh TPF kasus Munir yang dibentuk pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan adanya dugaan kuat bahwa pembunuhan terhadap aktivis HAM Munir melibatkan oknum Badan Intelijen Negara (BIN). Meski demikian, kata dia, hasil penyelidikan itu yang sejatinya bisa menjadi pintu awal untuk membuka dan mengungkap kasus itu, alih-alih ditindaklanjuti tapi hingga kini juga tidak kunjung dibuka dan diungkapkan ke publik.
“Hasil penyelidikan TPF itu sangat penting karena mengindikasikan adanya sejumlah kejanggalan dan sekaligus juga dugaan kuat bahwa pembunuhan itu diduga melibatkan pelaku lapangan dan dalang pembunuhan dalam institusi lembaga intelijen Negara,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan