Jakarta – Wasekjen Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Ferry Supriadi menilai pengakuan terpidana mati, Freddy Budiman yang diunggah Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar melalui soal dugaan keterlibatan TNI dalam peredaran narkoba bisa merusak dan mencoreng institusi Tentara Nasional Indonesia (TNI) jika testimoni itu tidak bisa dibuktikan.

Pasalnya, dari tulisan Haris itu Freddy mengaku sempat mengantarkan narkoba dengan menggunakan fasilitas mobil dinas seorang Jenderal TNI. Bahkan dalam tulisan itu menyebut Jenderal TNI bintang dua ikut mengantarkan paketan itu dari Medan ke Jakarta.

“Ini bisa merusak dan mencoreng nama TNI yang sudah mulai membaik citranya dimata masyarakat, apabila Haris tidak bisa membuktikannya tulisan itu,” ungkap Ferry, Minggu (31/7/2016).

Mantan relawan Kontras itu menyesalkan jika kebenaran informasi Haris itu tidak bisa buktikan, sebab hal itu justru menimbulkan fitnah dan pembusukan ke TNI itu sendiri.

Sekjen Jari 98 Ferry
Sekjen Jari 98 Ferry

“Fitnah ini sama saja menyebarkan berita bohong. Jangan cuma lempar informasi tapi nilai kebenarannya belum jelas. Jika demikian, Haris layak diperiksa, dan parahnya bisa terancam dijebloskan penjara kalau itu benar fitnah. Ini harus dicari motifnya,” ungkap Ferry.

Lebih lanjut, Ferry mengingatkan harusnya Haris bisa menjadikan peristiwa penangkapan Freddy saat dia juga masih bisa bermain didalam LP. Berbagai asumsi pun menyebut apa yang dilakukannya bisa menjadi upaya pelemahan pemberantasan narkoba.

“Masa’ Ketua LSM kok cuma menerima informasi curhatan Freddy itu mentah-mentah, orang ngaku pinter kok bisa dikibulin. Apa mau jadi pahlawan kesiangan, orang sudah meninggal kok baru koar-koar,” terang dia.

Ferry membeberkan gaya Haris Azhar nampak mirip 100 persen dengan Ketua Kontras sebelumnya Munir. Ia menyarankan agar tidak lagi menyebarkan isu provokatif yang berakhir pada fitnah yang dibungkus berupa informasi.

“Jangan lempar informasi saja tanpa mempertanggung jawabkan kebenarannya,” kata dia.

Ferry pun mengultimatum agar Haris segera meminta maaf kepada TNI dan masyarakat Indonesia yang telah menciptakan teror baru dan memfitnah TNI yang diduga ikut membekingi.

“Haris agar minta maaf ke TNI jika ternyata info itu bodong. Saya menantang dia untuk membuktikannya. Dan apa yang dilakukan Haris ini layak dicurigai, apa benar sebagai corongnya para mafia narkoba,” tuturnya.

Ferry menambahkan ketika statement tersebut menimbulkan pro dan kontra, maka artinya dagangan tersebut laku keras. Dan disitulah keuntungan dagangan itu diraih. Ia mensinyalir ada standar ganda dibalik peristiwa ini. Sebab, saat teroris dieksekusi, tapi Kontras tidak ikut berteriak.

“Tapi ketika bandar narkoba di eksekusi, mereka terdepan. Ini sama persis dengan agenda barat,” jelasnya.

Ferry mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak percaya kepada Kontras namun justru lebih waspada dan mengkritisinya. “Jangan yang disuarakan Kontras itu agenda titipan barat,” beber dia.

Lebih jauh, Ferry mengaku saat pihaknya melakukan investigasi saat terpidana mati Bom Bali Imam Samudra juga merasa kecewa dengan Kontras soal pembelaannya yang berujung pada eksekusi mati.

“Bahkan Imam Samudra bilang Kontras itu broker perkara alias markus dari bandar narkoba, terorisme dan koruptor. Itu yang dikatakan almarhum ketika saya melakukan investigasi,” tandas Ferry.

Temukan juga kami di Google News.