JATIM – Memang era Rasulullah SAW sudah terjadi jauh sebelum generasi milenial ada. Namun keteladanan Rasulullah masih bisa dijadikan panutan hingga saat ini. Segala ucapan dan perilaku Nabi masih relevan dengan yang terjadi di era yang jauh lebih modern seperti sekarang ini.
KH. Ubaidillah Ahror mengatakan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan atau memberikan contoh untuk saling membenci, mencaci maki apalagi memusuhi sesama anak bangsa. Kata dia, banyak hal yang bisa di jadikan teladan dari diri Rasulullah SAW.
“Salah satunya adalah kesabaran yang selalu ditunjukkan, jangan mudah marah. Cemooh dan tuduhan dengarkan saja, anggap saja itu nasehat. Kita ini hamba Allah dan tidak boleh sombong, jadilah orang yang sholeh di jalan maka kita akan selamat dunia dan akhirat. Maka sayangilah tubuh kita diisi dengan makanan yang benar,” ungkap KH. Ubaidillah saat mengisi Tausiah di Lapangan Trankil Komplek Ponpes Al Fatah Temboro Magetan, Kamis (7/11/2019).
Lebih lanjut, Ulama Magetan itu mencontohkan keteladanan Nabi dihadapan ribuan jemaah dari berbagai wilayah baik Ponorogo, Madiun, Magetan dan Ngawi tersebut. Ketika Nabi disakiti, tidak pernah sedikit pun ada niat untuk membalasnya. Dalam sebuah kisah diceritakan, ketika Nabi SAW melintas di rumah seorang wanita tua selalu mendapat ludahan wanita tersebut. Namun ketika Nabi mendengar kabar wanita tersebut sakit, Nabi justru mendatangi rumah wanita tersebut. Beliau justru mendoakan agar wanita tersebut cepat sembuh.
“Hal yang dilakukan Rasulullah SAW ini tentu membuat semua orang terkaget. Bagaimana mungkin Nabi datang ke rumah orang yang selalu meludahinya dan mendoakan agar sembuh dari sakit. Singkat cerita, setelah kedatangan Rasulullah, wanita tua yang sedang sakit itu kemudian menyatakan masuk Islam, dan mengikuti segala teladan Muhammad SAW. Banyak orang yang meremehkan tentang sikap kesabaran ini. Namun kesabaran ini sejatunya bisa dijadikan landasan di era milenial seperti sekarang ini,” bebernya.
Dikatakannya, Nabi Muhammad di utus oleh Allah untuk mengajarkan Iman, mengajarkan amal, mengajarkan ibadah yang diridhoi Allah, Muamalat yang di ridhoi Allah dan akhlak mulia yang di ridhoi Allah.
“Ini semua ilmu yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya, maka kebaikan ini mengerucut kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Maka tidak yang lebih tinggi derajatnya dan lebih dekat dengan Tuhan nya melebihi yang mulia Nabi Besar Muhammad SAW,” sambungnya.
Begitu juga dengan sahabat Nabi, kata dia, sebagai umatnya juga harus belajar dari para sahabat, maka dirikan kebaikan buat umat.
“Namun juga harus evaluasi diri karena nantinya hati akan bersama siapa kita. Kalau hati kita bersama dengan hati orang Sholeh maka kebaikan nya akan menular kepada hati kita, karena ini dapat mempengaruhi seseorang. Seperti kaum munafikun di Madinah jasad bersama Nabi namun bila hati bersama orang yang tidak beriman, maka Allah akan menempatkan di neraka yang paling dalam dan jelek,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.