Jakarta – Melambungnya ongkos (tiket) lebaran pulang kampung selalu menjadi momok bagi rakyat Indonesia. Pengamat anggaran dan politik Uchok Sky Khadafi pun angkat bicara menyikapi ‘rezim tiket’ yang menyulitkan publik disaat mudik lebaran 2016. Uchok menyebut pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjaga hajat hidup rakyatnya.
“Hajat hidup, seperti tiket seharusnya tidak perlu naik setiap tahun sebagai bagian “bonus” untuk perayaan hari lebaran dari pemerintah kepada rakyat,” ungkap Uchok, Selasa (5/7/2016).
Tapi kalau Indonesia, kata dia, harga tiket harus kena inflasi terus sehingga harus dinaikan. Karena, lanjutnya, tiket bagian dari bisnis sehingga harga harus dijual mahal kepada rakyat. Harga tiket mahal tapi pelayanan minim itulah yang didambakan pemerintah ketika menentukan harga tiket lebaran bagi rakyat. Yang jelas, tambah Uchok, harga tiket yang sudah ditetapkan pemerintah sudah sesuai permintaan pengusaha transportasi, bukan melihat kondisi kantong rakyat kecil.
“Kalau rakyat tidak punya duit banyak, jangan naik pesawat, dan naiklah mobil. Kalau tidak bisa naik mobil, rakyat dilarang lebaran di kampung masing-masing,” cetus Uchok.
Menurut Uchok, setelah harga tiket itu ditentukan pemerintah, maka persoalan muncul lagi ketika distribusi atau saat penjualan tiket kepada rakyat. Disini para mafia tiket atau biasanya disebut calo akan main mata dengan pemerintah. Tiba-tiba tiket habis atau menghilang agar harga tiket membumbung tinggi dan mahal sebagai bentuk tiket dikendalikan seolah-olah pasar, padahal yang bisa mengkendalikan adalah oleh mafia, yang dikasih peluang oleh pemerintah.
“Yang paling menguras uang kantong rakyat, dan dibiarkan aparat pemerintah dilapangan adalah harga tiket mobil Jakarta – kuningan. Dimana rakyat turunnya di Cikampek, tapi harus tetap bayar harga tiket Jakarta-Kuningan. Merayakan lebaran ke kampung, pemerintah, diam-diam tetap ambil untung juga,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan