JAKARTA – Bambang Soesatyo (Bamsoet) dinilai pantas menjadi ketua umum partai beringin periode 2019-2024. Apalagi Bamsoet adalah sosok muda yang memiliki pengalaman dalam memimpin serta sering mengeluarkan banyak terobosan dalam menyelesaikan masalah.
Akar Muda Beringin (AMB) Jhon R Siregar memastikan kehadiran Bamsoet bisa mengakomodir kegelisahan anak muda untuk menjawab masalah di Partainya. Pihaknya ingin figur yang memimpin partai Beringin itu bisa merangkul anak muda dan jangan sampai beringin ini menjadi tumbang, serta menjadi cerita masa lalu di Museum.
“Sosok yang mampu mengakomodir perubahan agar lebih baik kedepannya semua bermuara kepada Bambang Soesatyo. Munas jangan sampai aklamasi terjadi,” tutur Jhon saat diskusi bertema “Pandangan Orang Muda dalam Menyikapi Dinamika Partai Golkar Menjelang Munas” yang diinisiasi Akar Muda Beringin (AMB) di Ballroom Hotel Puri Mega Matraman Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Sementara itu, Wakil Ketua BPPG Adi Baiquni menyayangkan era kepemimpinan Airlangga saat di Golkar tidak memiliki tujuan untuk masa depan partai melainkan untuk masa depan pribadinya sendiri. Makanya, dia menginginkan agar kedepannya, figur pemimpin itu bisa mengedepankan anak muda.
“Kami yakin alam akan menseleksi itu semua. Kepemimpinan sekarang dengan kepentingan anak muda tidak dirasakan secara langsung. Kami sangat mengharapkan yang memimpin itu dari kalangan muda, dan yang sudah merealisasikan kepentingan anak muda itu hanya Bambang Soesatyo,” kata Adi Baiquni.
“Ini menjadi momentum sangat penting dalam menseleksi kepemimpinan Golkar kedepan agar lebih baik lagi. Kepentingan anak muda bukan hanya wacana saja,” sebut Adi Baiquni lagi.
Pengamat Politik Sosial Politik Alexander Spinoza menyebut bahwa di Golkar memiliki problem di generasi anak mudanya, padahal mereka memiliki potensi peran dan berpengaruh untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
“Tidak ada upaya melakukan regenerasi dengan baik. Tidak ada icon yang bisa didapatkan oleh anak muda Jakarta. Paradigma yang terjadi di Golkar, pertentangan antar faksi sudah tidak ada, kurang ada dinamika politik di dalam partai akhirnya berimbas lesunya pertandingan pemikiran dan gagasan. Anak muda banyak tetapi tidak di munculkan oleh regenerasi sebelumnya,” kata Alex.
Ditempat yang sama, Pengamat Politik UNJ Ubedillah Badrun menyatakan bahwa Golkar hidup ditengah situasi yang kurang melibatkan potensi generasi mudanya dan jika Golkar tidak mampu menangkap situasi perubahan seperti ini maka Golkar bakal di tinggalkan. Ia menyakini anak muda mampu hidup dimasa depan dengan bekal ketrampila berpikir tingkat tinggi.
“Golkar menurut saya harus berubah, yaitu cara berpandangannya. Di antara kader Golkar ada yang memilki keinginan untuk melakukan perubahan. Jika Golkar tidak mampu merespon kegelisahan besar maka Golkar akan segera ditinggalkan oleh generasi milenial,” tegas Ubedillah.
Dia melihat ada dua arus besar yang bakal bertarung di Munas nanti yakni antara generasi lama dan baru yang memahami karakteristik milenial. “Ada pertarungan di Munas antara kepentingan generasi muda dan kepentingan generasi tua. Pesan saya barisan muda Golkar harus ada konten saat masuk politik,” tambahnya.
Hal yang sama dilontarkan Wakil Ketua Umum MKGR Amran Amir bahwa Bamsoet adalah salah satu calon Ketua yang menjadi acuan dari pada kader Golkar, karena organisiasi ini membuat menjadi lebih baik.
“Anak muda harus terus melangkah dan terus berjalan kedepan untuk yang lebih baik,” tukasnya.

Temukan juga kami di Google News.