JAKARTA – Peneliti Center for Indonesian Election (CIE) Muhammad Ibas membaca ada upaya sistematis, terstruktur dan masif untuk mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum RI (KPU). Indikasinya berdasarkan munculnya gerakan demo oleh kubu 02 dan ijtima ulama 3 yang meminta mendiskualifikasi paslon 01.

“Ini adalah framming untuk mempengaruhi publik sebagai upaya mendelegitimasi posisi KPU sebagai penyelenggara pemilu. Menurut saya, ada upaya sistematis untuk mendelegitimasi KPU,” ujar Ibas, hari ini.

Ibas menilai, ada pola-pola membangun opini pemilu curang untuk diulangi kembali. Pola ini, kata dia, pernah juga digunakan pada 2014 lalu.
Katanya, isu kecurangan ini berpotensi mengganggu jalannya pemilu.

“Era demokrasi ini, KPU sudah sangat terbuka dalam keterbukaan informasi. Lantas kecurangannya dimana ? Kan sudah diminta laporkan data kecurangannya, jangan cuma mengada-ngada,” sebut Ibas lagi.

Ibas menyakini KPU justru satu-satunya lembaga yang seharusnya dipercaya untuk menyelenggarakan pemilihan.

“Lebay sekali jika menuduh ada kecurangan. Laporkan donk, jangan cuma omdo teriak-teriak diluar. Sebagai muslim yang baik dan orang beriman kita diingatkan agar jangan suudzon,” sebut dia.

Selain itu, Ibas juga mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dengan berita hoax yang sengaja untuk memprovokasi untuk memecah belah sesama anak bangsa.

“Waspadai berita hoax banyak gentayangan sengaja untuk mengadu domba, saling fitnah, saling tuding, caci maki. Kami yakin masyarakat kita sudah imun dengan berita demikian, tapi tetap antisipasi,” sebutnya.

Dia juga mengharapkan agar semua elemen bangsa bisa menahan diri dan saling menghargai. Juga menjaga kebersamaan dan kekeluargaan.

“Tetap jaga persatuan dan kesatuan bangsa. Jangan ada lagi 01 atau 02, tapi 03 persatuan Indonesia. Mari bersabar tunggu hasil perhitungan dan pengumuman KPU pada tanggal 22 Mei yang akan datang. Dan setelah pengumuman oleh KPU, agar menggunakan saluran hukum untuk menyelesaikan setiap permasalahan pemilu. Siapapun yang terpilih itu adalah Presidennya seluruh rakyat Indonesia,” kata dia.

Lebih jauh, Ibas meminta agar para elit politik tetap menjaga kata (lidah) dan perbuatan. Sebab dari perkataan bisa memicu perpecahan.

“Jangan memprovokasi rakyat, memanas-manasi rakyat. Sampaikan kata-kata yang menyejukkan dan meredam perkataan-perkataan yang saling menyalahkan dan menyudutkan, bahkan menyakitkan. Kiranya para elit politik berperilaku negarawan. Sebab negarawan sejati akan dikenang sepanjang masa,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.