JAKARTA – Indonesia adalah bangsa besar yang telah lolos dari cobaan demokrasi. Pemilu presiden 2014 sebelumnya, yang oleh banyak orang sempat diprediksikan chaos, nyatanya dengan mulus telah bisa dilalui.

Pemilu 2019, tentu bukan berarti tanpa cobaan. Sejak awal harus disadari bahwa setiap kontestasi politik seperti pemilu, niscaya akan penuh dengan berbagai strategi dan intrik politik.

Ancaman menggunakan isu-isu SARA dalam kampanye, penyebaran disinformasi, ujaran kebencian, hingga kampanye hitam juga sempat membayangi.

Paguyuban Reyog Ponorogo Jabodetabek pun ikut andil mewujudkan atmosfir kesejukan dan kedamaian dalam menghadapi pelaksanaan pemilu 2019, sehingga terwujud pemilu yang jujur, adil, aman dan damai.

“Dalam rangka memperingati hari Pahlawan dan deklarasi Pemilu damai kami mengajak semua elemen masyarakat untuk menjaga kesejukan dan kedamaian dalam pelaksanaan Pemilu 2019,” ungkap Sekretaris Jenderal Paguyuban Reyog Ponorogo Jabodetabek, Agus Setyoko, saat deklarasi Pemilu damai bersama ribuan warga di Lapangan Danau Kampung Bintaro, Pesanggrahan Jaksel, Minggu pagi (25/11/2018).

Dia melanjutkan dengan melestarikan dan mengembangkan seni budaya adalah sebagai bagian dalam membagun karakter bangsa karena seni budaya sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa, sebagai nafas kebersatuan dan kebangsaan, serta seni budaya merupakan pondasi kekuatan bangsa untuk menahan dan menghadapi serbuan negatif globalisasi yang cenderung social capital bangsa ini.

“Pembangunan karakter bangsa melalui seni budaya adalah upaya untuk memperbaiki, menanamkan prilaku cinta tanah air yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia yang berdasarkan nilai Pancasila dan UUD 1945 serta Bhineka Tunggal Ika,” tambah Agus.

Selain itu, kata dia, kebudayaan membangun kecerdasan: Cerdas dalam mengolah ketrampilanya, cerdas dalam mengembangkan pikirannya dan cerdas dalam membangun etikanya. Sebab, kata dia, cara paling efektif untuk menghancurkan sebuah bangsa adalah memisahkan rakyat dari budaya leluhurnya, rakyat dibuat minder dengan warisan nenek moyang mereka yang agung sampai rakyat dibuat kehilangan identitas mereka, hal yang seperti ini Jangan biarkan terjadi di Indonesia.

“Untuk itu dengan semangat kepahlawanan marilah kita lestarikan dan kembangkan seni budaya bangsa jangan sampai tergerus oleh budaya bangsa lain, karena “Ajineng bongso soko luhuring budoyo” yang artinya harga diri suatu bangsa terletak dari keluhuran budaya bangsa itu sendiri, bukan membanggakan budaya bangsa lain,” tandasnya.

Untuk diketahui, Paguyuban Reyog Ponorogo Jabodetabek berdiri sejak 1 Januari 1985, sudah 3 dasa warsa lebih usia Paguyuban Reyog Ponorogo Jabodetabek, berawal dari 6 group hingga sampai saat ini mencapai 54 group Reyog yang tersebar di wilayah Jabodetabek.

Temukan juga kami di Google News.