Jakarta – Ratusan massa gabungan mengatasnamakan Aliansi Peduli Ulama Indonesia didukung Front Penegakan Keadilan SosialĀ (F-PKS) menggelar aksi simpatik untuk citra ulama Indonesia didepan Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Kamis (5/6/2018).

Mereka mendesak para ulama Indonesia yang ikutan dalam pertemuan da’i dan ulama Internasional itu turut tergerak mencegah dan menghentikan aksi 67 yang diinisiasi PA 212 demi menjaga marwah dan citra ulama Indonesia.

“Demi menjaga citra ulama Indonesia dimata ulama dunia, kami mengharapkan para ulama Indonesia bisa ikutan menstop aksi 67 tersebut karena memiliki agenda politik didalamnya, tidak murni aspirasi umat,” ungkap Koordinator aksi Ustadz Dullah, saat berorasi.

“Jangan simpan dendam lagi, biarkan mekanisme hukum yang mengurusnya. Ulama hanya mengingatkan tak perlu lagi pengerahan massa yang justru merugikan orang lain khususnya pengguna jalan. Pilkada telah usai, kalau jagoannya kalah ya diterima saja, bersikap ksatria. Ranah hukum urusannya Polisi,” kata Dullah lagi.

Lebih lanjut, Dullah mengingatkan pesan Gubernur Anies Baswedan dan Jusuf Kalla kepada para peserta Multaqo tingkat Internasional ini yakni menjaga persatuan dan perdamaian. Harusnya, kata dia, mereka (inisiator aksi 67) bisa merenungkan maksud kandungan penyampaian pidato Anies dihadapan ulama dunia tersebut.

“Mari sama-sama ikut menjaga ketentraman di tanah air ini, merajut lagi keberagaman, bina lagi persatuan. Koar-koar ke ulama dunia beri contoh jaga persatuan dan perdamaian, tapi didalam negeri malah tidak diterapkan. Tak perlu lagi diperkeruh-keruh dengan demo-demo pengerahan massa. Paling penting adalah kami tak ingin ulama Indonesia dicap sebagai ulama tukang demo, jaga citra ulama Indonesia itu lebih penting. Takbiir,” kata dia lagi.

“Jangan ciderai proses silaturahmi akbar untuk membangun harmoni dan persatuan,” ujarnya.

Selain itu, Dulla berpesan agar pertemuan ulama dunia itu bisa menghasilkan formula yang konkrit soal menjaga harmonisasi dan persatuan khususnya didalam negeri.

“Ujung-ujungnya demo itu pasti melenceng dari tuntutan massa aksi. Justru kampanye politik 2019 ganti Presiden. Ini namanya keblinger, rakyat sudah tahu kok arahnya. Sah saja di era demokrasi, tapi sebagai ulama berilah contoh ke masyarakat soal ketentraman dan ketenangan, jangan bikin panas lagi suasana. Stop kegaduhan, capek rakyatnya disuguhin isu ini terus,” sebutnya.

Selain itu, massa F-PKS juga ikut menyambangi Gedung Balaikota DKI untuk meminta Anies Baswedan untuk memberikan pengertian kepada peserta aksi 67 yang mayoritas pendukungnya untuk bisa menghormati pertemuan ulama dan Da’i Internasional.

“Terakhir adalah Polda Metro Jaya, kami mendesak agar mencabut izin aksi atau tidak memberikan izin soal aksi tersebut. Hormati pertemuan ulama di Indonesia, jangan coreng nama baik ulama Indonesia dengan demo-demo,” jelasnya.

Lebih jauh, aktivis F-PKS Ahmad Latupono pun meminta kepada semua pihak untuk tidak terpengaruh dengan aksi 67 itu bila ingin bersama-sama menjaga nama baik ulama Indonesia.

“Aksi ini pasti ada udang dibalik batu. Publik harus melek, kelompok-kelompok ini hanya untuk memenuhi nafsu syawat politik, maka harus waspada,” tukasnya.

Temukan juga kami di Google News.