Jakarta – Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Reynaldi mengutuk aksi brutal dan kejam napi teroris terhadap anggota polisi.

“Ini merupakan cara-cara yang kejam dan keji. Di luar batas kemanusiaan,” tegas Reynaldi, hari ini.

Dia juga merasa prihatin ketika Komnas HAM diam saja atas persoalan ini. Komnas HAM seakan kehilangan suara saat aparat penegak hukum jadi korban pembantaian para teroris.

“Komnas ham kemana ? Saat anggota Polri dibantai oleh teroris dengan keji dan biadab. Kami ingin mendengar apa kata dan komentar Komnas Ham ? Lantangkah mereka menyuarakan ham ?,” ujarnya.

“Ataukah anggota Polri bukanlah manusia yang tidak punya HAM,” kata dia lagi.

Rey sangat menyayangkan aksi diam Komnas HAM yang selalu lantang menyuarakan kemanusiaan, bungkam saat ada yang menjadi korban adalah aparat Kepolisian.

“Polisi ini juga manusia lho. Mereka punya keluarga, dan sekarang anak-anak mereka terpaksa jadi yatim serta istrinya sekarang janda. Mana suara kalian yang katanya seperti macan ?,” sebutnya.

Dijelaskannya, UUD tentang Pasal 28D, bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum. Ini menunjukkan bahwa pasal konstitusi yang terkait dengan Hak Asasi Manusia ini berlaku bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi aparat penegak hukum.

“Klausul dengan proposisi positif universal, ‘Setiap orang’ ini menunjukkan tidak ada pengecualian. Komnas HAM seharusnya memandang dan memperlakukan anggota kepolisian layaknya manusia,” sebutnya.

“Buka lah nurani kalian,” sebutnya.

Hal senada juga dilontarkan Koordinator Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Relawan Cinta NKRI Frans Freddy, turut berduka cita atas insiden di Rutan Mako Brimob.

“Turut berduka cita atas gugurnya syuhada syuhada Polri,” jelas Frans.

Dia juga menyerukan kepada Komnas Ham untuk tidak mendiamkan saat insan Bhayangkara yang menjadi korban kemanusiaan. Seharusnya Komnas HAM bisa memahami kondisi kebatinan aparat penegak hukum.

“Bisa anda bayangkan bagaimana kondisi psikologis seseorang yang diminta melindungi sekelompok orang yang justru membencinya? Mau menerima tugas ini saja sudah sebuah pengorbanan besar, apalagi sampai mau membahayakan nyawa sendiri. Dan itulah yang terjadi! Perlu berapa korban nyawa sampai mereka dianggap manusia?” sebutnya.

Frans mengingatkan bahwa Komnas HAM adalah suara kemanusiaan. Karena itu, kata dia, sudah seharusnya ia mengutuk segala bentuk tindakan tidak manusiawi yang terjadi di Republik ini.

“Tindakan keji para napi teroris sudah bertentangan dengan nilai kemanusiaan! Ini benar-benar kejam, sudah disiksa bahkan sampai membunuhnya,” cetusnya.

Lebih jauh, Frans juga mengecam segelintir pihak yang justru menyudutkan Polri dalam kondisi seperti ini.

“Orang-orang seperti itu sudah hilang akalnya, mati hati nuraninya dan tak punya kemanusiaan. Semoga cepat mendapatkan adzab dan segera taubat,” tandasnya.

Temukan juga kami di Google News.