Jakarta – Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Juni mendatang bakalan sangat menarik. Lantaran, salah satu pasangan calon berasal dari jalur independen.

Ketua Forum Masyarakat Maluku (Formama) Arnold Thenu mengatakan ini bukan suatu sejarah baru dalam pemilihan Kepala Daerah. Dan, kata dia, tidak ada yang salah dengan hadirnya pasangan calon dari jalur independen di alam demokrasi saat ini. Namun, kata Arnold, ironisnya pasangan calon dari jalur independent yang bertarung dalam setiap pemilihan kepala daerah belum pernah berhasil memperoleh kemenangan.

“Jika, pasangan calon jalur independent itu ‘pure’ (murni) dari awal memilih jalur tersebut. Maka, pasangan calon jalur independen akan menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat. Tetapi, pada umumnya para pasangan calon kepala daerah yang memilih jalur independen tidak berproses dari awal secara murni menentukan sikap sebagai pasangan calon independen,” tegas Arnold hari ini.

Faktanya, kata dia, sebagian besar pasangan calon independent sebelumnya pernah mendaftarkan diri sebagai bakal calon pada partai-partai politik yang ada. Kemudian, tidak lolos mendapatkan rekomendasi partai. Sehingga menjadikan jalur independen sebagai pilihan kedua.

“Dan, bukan menjadikan jalur independent sebagai pilhan tunggal sejak awal oleh para calon independen tersebut,” ujarnya.

Diatas kertas, lanjut dia, para calon kepala daerah dari jalur independen sudah bisa dipastikan kalah. Jika, tolak ukur keberhasilan itu di ukur dari para pasangan yang di usung oleh partai politik. Karena, percaya tidak percaya atau suka tidak suka para calon yang di usung oleh partai politik mempunyai jaringan infrasturktur yang jauh lebih kuat ketimbang pasangan calon dari jalur independen.

“Tetapi, pasangan calon dari jalur independen masih mempunyai ‘kemungkinan’ menang,” ucapnya.

Dia menambahkan kemenangan calon independen bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya, ada para oknum partai politik yang tidak loyal dengan bermain pada dua kaki dan berkhianat pada keputusan partai politiknya sendiri. Dan, itu akan membuka sedikit peluang bagi kemenangan calon independen.

“Tetapi, tidak semudah itu. Karena, para calon dari independen masih harus kerja extra keras berhadapan dengan para pemilih cerdas yang rasional dan obyektif,” kata dia lagi.

Menurutnya, pemilih cerdas akan berpikir jauh lebih panjang. Karena, para pemilih cerdas tidak hanya berpikir sebatas siapa yang menang dan siapa yang kalah. Bagi pemilih cerdas yang menginginkan terjadinya perubahan di Maluku tidak akan berpikir sesederhana itu. Maka, para pemilih cerdas tidak akan memilih calon dari jalur independen. Karena, calon independen memiliki kosekuensi yang berat. Sebab tanpa dukungan partai politik, maka kebijakan yang dibuat saat menjadi kepala daerah akan mengalami hambatan.

“Hal ini disebabkan, karena tidak adanya dukungan penuh dari lembaga legislatif. Sehingga, dikhawatirkan pemerataan pembangunan sosial dan ekonomi serta lainnya tidak akan berjalan sesuai harapan,” sebutnya.

Selain itu, tambah Arnold, visi dan misi dari calon kepala daerah jalur independen akan berbeda dengan visi dan misi lembaga legislatif yang berasal dari partai politik. Ini mengakibatkan kinerja untuk mencapai visi kepala daerah dari jalur independen menjadi kurang efektif. Kalaupun calon jalur independent menang bukan berarti harapan masyarakat luas yang haus akan perubahan akan terwujud dengan semudah yang dibicarakan.

“Logikanya, para calon kepala daerah yang menang melalui jalur partai politik saja masih mengalami kesulitan mewujudkan visi dan misinya. Apalagi, calon dari jalur independent yang tidak mempunyai dukungan partai politik di legislatif. Jadi, para calon dari jalur independen sulit untuk untuk menang,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.