Yogjakarta – Ketua Gerakan Harmonisasi Bangsa demi persatuan Indonesia (GHARBA) Agus Surata mengajak para generasi muda untuk kembali menjaga keharmonisan antar masyarakat.

“Generasi muda Indonesia merupakan calon pemimpin bangsa. Mari kita rebut bangsa ini dengan menjaga keharmonisan antar masyarakat. Kita jaga NKRI dan Pancasila,” tegas Agus Surata.

Hal itu mengemuka dalam seminar nasional bertema “Mewujudkan Sikap Bela Negera dan Menjaga Nilai-Nilai Pancasila dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI #Gerakan Kampus Tolak Radikalisme dan Intoleran” di UPN Veteran Yogjakarta, Sabtu (10/3/2018).

Dalam seminar tersebut, turut hadir narasumber lainnya yakni Pengasuh Ponpes Miftahul Umum Yogjakarta KH. Ahmad Muzammil dan Ketua Gerakan NKRI Imron Rawe M serta ratusan mahasiswa, pemuda perwakilan ormas.

Lebih lanjut, Agus Surata meminta para pemuda berperan aktif menjaga persatuan dan kesatuan. Karena persatuan itu bak pondasi rumah yang harus diperkuat guna mencegah perpecahan antar bangsa.

“Jika pondasi itu kuat maka tidak akan roboh meskipun dengan cobaan apapun,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua Gerakan NKRI Imron Rawe M mensinyalir fenomena tahun politik ini bakal ada lagi benturan antara golongan kebangsaan dengan golongan kebangsaan. Bahkan, kata dia, sangat rawan pula isu SARA kembali dimainkan sehingga dapat berpengaruh terhadap kerukunan umat beragama.

“Makanya hal ini perlu dicegah oleh semua pihak. 2019, kita akan dihadapkan lagi oleh 2 perang antara golongan kebangsaan dan agama,” ucapnya.

Menurutnya, jika komunikasi dan silaturahmi terjalin dengan baik, dirinya menyakini bagaimana dan apa pun isu dan masalah dapat diselesaikan bersama.

“Kepada seluruh tokoh agama, pemimpin umat dan para ustad untuk tidak terpengaruh pada politik yang dapat merusak kerukunan. Mari bersama-sama menjaga kedamaian,” ujarnya.

Ditempat yang sama, KH. Ahmad Muzzamil menyoroti bahaya radikalisme di Indonesia. Kata dia, ada dua hal yang dianggapnya berbahaya yakni radikalisasi agama dan materialisasi agama.

“Dua hal ini sama-sama bahayanya,” kata KH. Ahmad Muzzamil.

Dikatakan KH. Ahmad Muzzamil, radikalisasi agama akarnya dari materialisasi agama. Kata dia, pemahaman agama dari materinya saja misal jihad membela agama. Namun, kata dia, ada pemahaman jihad fi Sabilillah yang salah kaprah sehingga merusak pribadi Islam itu sendiri.

“Mereka yang menindas mahluk ciptaan Allah berarti melawan Allah. Yang harus kita bela itu adalah negara. Jadi jihad fisabililah itu tidak selalu perang,” bebernya.

KH Ahmad Muzzamil melanjutkan jihad fi Sabilillah itu bisa juga membela sesama manusia yang sedang tertindas dan menjaga alam.

“Yang sekarang sedang terjadi muncul kelompok yang memiliki kepentingan untuk memecah belah bangsa,” tukasnya.

Temukan juga kami di Google News.