BANDUNG – Jejeran kios-kios ponsel di ITC Kebon Kalapa, yang terletak di Jalan Mohammad Toha, Bandung, memajang aneka gadget dari berbagai produsen. Di balik etalase yang diterangi lampu neon, tersembunyi dari pandangan mata, ada beberapa ponsel dengan tulisan mandarin yang tertera pada dus kemasannya. Adalah ponsel China bermerek Xiaomi Redmi 4x yang menarik untuk ditanyakan kepada si penjual di sebuah kios ponsel di Lt. 2, ITC Kebon Kalapa, Bandung tersebut.

Si penjual, Rizky, menjelaskan bahwa ponsel yang dijual di kiosnya sebagian besar merek Xiaomi, sebuah merek ponsel asal China yang mulai mendominasi penjualan ponsel di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan.

“HP Xiaomi yang saya jual dikirim langsung dari distributor di Jakarta,” terang Rizky.

Ketika ditanya soal garansi ponsel yang dijual dilapaknya, ia mengatakan bahwa garansi bukan jaminan barang itu asli atau palsu. “Dari 10 ponsel yang saya pesan dari distributor di Jakarta, bisa 4 diantaranya adalah ponsel jelek, artinya bisa softwarenya tidak original, atau tidak terdaftar no IMEInya,” ungkapnya.

Ia memberikan garansi personal dan berjanji akan mengurus garansi jika ponsel yang dibeli dari lapaknya bermasalah atau ada kerusakan yang bukan akibat human eror.

“Kalau HP yang bapak beli dari saya, jika ada masalah selain karena jatuh atau rusak karena pemakaian, silahkan bawa ke sini, saya akan bantu pengurusan garansinya ke Jakarta, memakan waktu sekitar 1 bulan proses klaim garansi,” terang Rizky.

Ia juga tidak sungkan untuk menjelaskan bahwa ponsel yang ia pesan dari distributor di Jakarta tidak ada plastik pembungkus kemasan dus (wrapping).

“Ponsel datang dari dsitributor tanpa kemasan pembungkus, tidak seperti ponsel Samsung, dan lainnya, jadi saya wrapping sendiri,” ucapnya.

Ia berdalih bahwa kalau ponsel yang sudah di wrapping, si pembeli tidak bisa menukarnya atau mengembalikannya jika kemasan plastik sudah dibuka, artinya kalau sudah dibuka ya harus dibeli dan tidak bisa dikembalikan atau diganti kalau ada permasalahan di software ponselnya.

Lain lagi dengan yang dikatakan oleh Andre, salah satu teknisi servis ponsel yang juga memiliki lapak servis ponsel di Lantai 2, ITC Kebon Kalapa, Bandung. Ia menunjukan ponsel bekas replika merek Samsung yang ia jual di lapaknya.

“Kalau replika yang baru sudah jarang di sini, tetapi untuk replika ponsel bekas masih bisa ditemui dan dijual di ITC Kebon Kalapa,” tuturnya.

Fenomena Handphone Blackmarket (BM) yang dijual di ITC Kebon Kalapa Bandung menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan konsumen kelas menengah ke bawah di sekitar Bandung. Ponsel-ponsel dengan berbagai macam garansi, baik garansi pabrik (merek) ataupun garansi distributor (penjual), atau yang tidak memiliki garansi pun dapat dengan mudah ditemukan di sana. Metode penjualan yang terbuka, tidak menyebabkan para penjual HP BM tersebut menjadi takut dalam beraktivitas, karena memang tidak ada tindakan tegas dari aparat terkait di Kota Bandung.

Pihak Kepolisian dan Pemerintah Kota Bandung seakan menutup mata atas peredaran HP BM di ITC Kebon Kalapa, sedangkan masyarakat selaku konsumen merasa tidak mau tahu apakah HP tersebut BM atau tidak, asal harga miring dan kualitas bagus pasti dibeli sesuai dengan budgetnya masing-masing.

Temukan juga kami di Google News.