Jakarta – Peneliti senior Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo menilai wacana diduetkannya Prabowo Subianto dengan Yusril Ihza Mahendra dalam bursa Pilpres 2019 mendatang bakal sulit terwujud.

Hal ini disampaikan Karyono dengan melihat kalkulasi politik kedua tokoh tersebut.

“Nah bagaimana jika seandainya Prabowo berpasangan dengan Yusril? Dalam politik selalu ada rumus untuk mengkalkulasi probabilitas politik. Karenanya harus dihitung seberapa besar kemungkinan kedua tokoh tesebut bisa berpasangan,” kata Karyono kepada wartawan, Sabtu (2/9/2017).

Ada dua faktor yang bisa dijadikan indikator seseorang bisa diusung atau diduetkan dalam satu panggung politik yang besar, semisal Pilpres. Dua faktor tersebut adalah persoalan ambang batas pancalona Presiden alias Presidential Threshold. Di konteks ini, Karyono menegaskan bahwa sosok Yusril sebagai Ketum Partai Bulang Bintang (PBB) saja.

“Dari aspek pertama yaitu tentang syarat PT (presidential threshold -red), justru bisa memberatkan bagi Prabowo jika Yusril hanya bermodalkan sebagai Ketua Umum PBB. Kecuali ada sejumlah partai politik lain yang mau berkoalisi mendukung Prabowo – Yusril,” terang Karyono.

Dan jika mengandalkan sosok Yusril yang merupakan ketua umum partai itu, Karyono pun sangat meyakini jika nama kuasa hukum Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tersebut tidak akan mudah mendapatkan dukungan dari partai politik.

“Tetapi menurut hemat saya agak sulit karena masing-masing partai juga memiliki agenda sendiri. Kecuali sosok Yusril memiliki ketokohan yang sangat kuat dan bisa laris dijual,” katanya.

Faktor kedua yang dianggap Yusril sangat jauh jika diwacanakan untuk menemani Prabowo sebagai Calon Wakil Presiden itu, adalah elektabilitas.

“Dari aspek elektabilitas secara personal, sosok Yusril untuk sementara ini masih sangat jauh dibandingkan dengan Jokowi dan Prabowo. Bahkan masih di bawah figur Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono ketika dua nama tersebut muncul ke permukaan. Termasuk Ridwan Kamil dan Risma,” bebernya.

Melihat dari dua faktor itu, Karyono pun memandang jika wacana Yusril dan Prabowo akan berkolaborasi dalam bursa Pilpres 2019 mendatang, justru akan memberatkan posisi prabowo sendiri sebagai Ketua Umum Partai Gerindra.

“Oleh karena itu, sosok Yusril justru bisa menjadi beban bagi Prabowo jika mereka akan berpasangan,” pungkasnya.

Namun demikian, Karyono memandang jelang Pilpres 2019 mendatang, survei dan analisa lain tentang hal itu adalah sesuatu yang lumrah.

Temukan juga kami di Google News.