Jakarta – Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) mengapresiasi aparat Kepolisian yang berhasil menangkap diduga pimpinan kelompok Abu Wardah alias Santoso dalam kondisi tewas di kawasan hutan Poso Sulawesi Tengah.
“Perburuan teroris Santoso dan kelompoknya yang sembunyi di kawasan hutan Poso ini adalah salah satu prioritasnya Pak Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian. Meski yang bersangkutan diduga Santoso itu tertangkap dalam hidup atau mati,” tegas Ketua Dewan Presidium Jari 98 Willy Prakarsa, Senin (18/7/2016).
Lebih lanjut, aktivis 98 itu mengatakan gebrakan Tito dalam operasi Tinombala oleh Satgas adalah operasi yang cukup efektif sehingga tidak ada lagi serangan ke masyarakat.
Pasalnya, Satgas Tinombala diduga terlibat baku tembak di Pegunungan Poso. Kelompok teroris yang terlibat baku tembak tiga orang laki-laki dan dua perempuan.
Korban tewas dua orang laki-laki, satu orang di antaranya diduga Santoso, dengan ciri-ciri berjenggot dan memiliki tahi lalat. Adapun jenazah kedua tidak memiliki ciri-ciri khusus. Jasad keduanya kini sedang dalam proses evakuasi dari lokasi baku tembak untuk dilakukan identifikasi oleh Tim DVI.
Tiga lainnya yang sempat berhasil kabur seorang pria dan dua perempuan. Anggota kelompok yang berjenis kelamin perempuan itu juga kedapatan membawa satu pucuk senjata saat diringkus setelah sempat kabur ke arah Barat. Dalam baku tembak itu, tim Tinombala berhasil menyita dua unit pistol jenis MD dan satu senapan tempur M-16.
“Kini masyarakat sudah mulai berkurang rasa was-wasnya terhadap aksi teror kelompok Santoso. Semoga Polisi dan Densus 88 terus menekan semaksimal mungkin jaringan teroris yang ada di Indonesia. Tanpa bantuan masyarakat bekerjasama untuk proteksi bibit teroris dibumi Indonesia,” tuturnya.
Willy melanjutkan jika benar Santoso tersebut tewas, ancaman teror di dalam kota akan meningkat.
“Ada retaliasi atau pembalasan dendam, ini harus jadi kewaspadaan aparat,” kata dia.
Willy memperkirakan sisa anggota kelompok Santoso di dalam hutan Poso akan menyerah. Dua tokoh lain di dalam kelompok Santoso yakni Basri dan Ali Kalora diperkirakan akan turun gunung.
“Anggota yang lain juga akan menyerah karena mereka kehilangan figur pemimpin. Selama ini mereka bertahan karena takut dengan Santoso,” tandasnya.
Tinggalkan Balasan