Jakarta – Masyarakat Poso menyambut baik pelantikan Jendral (Pol) Tito Karnavian sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) oleh Presiden Joko Widodo hari ini. Meski demikian, tugas berat sudah menanti Kapolri Tito, yakni menangkap gembong teroris di Kabupaten Poso, Santoso dan kawan-kawan.
“Kalau masyarakat Poso menyambut baik pelantikan Kapolri Tito. Sebab beliau bukan orang baru bagi orang Poso. Beliau sudah dikenal masyarakat Poso sebab mampu mengungkap banyak kasus kekerasan dan aksi terorisme di Poso,” ujar Tokoh Muda Poso Rizal Calvary Marimbo, Rabu (13/7/2016).
Rizal mengatakan, Tito pernah bertugas mengungkap rangkaian aksi kekerasan dan teror di Poso termasuk aksi pembunuhan siswi Sekolah Menengah Atas di daerah itu untuk kembali menyulut konflik. Sebab itu, ujar Rizal, masyarakat Poso sangat berharap banyak kepada Kapolri Tito. Dia mengatakan, Kapolri Tito sebaiknya memberi tenggat waktu penyelesaian masalah Santoso.
”Kalau Santoso ini masih ada dan berkeliaran di hutan-hutan, ya ditangkap saja, melalui operasi keamanan secara besar-besaran dengan menyisir dan mengepung hutan. Atau, Santoso ditawarkan amnesti atau pengampunan oleh negara dan dia dan keluarganya dibina oleh negara, kembalikan dia ke Ibu Pertiwi, kalau dia mau insyaf,” ujar Rizal.
Jangan Menggantung
Apapun kebijakan Kapolri untuk Poso, masyarakat setempat tetap mendukung. Yang terpenting dari masalah Santoso adalah jangan sampai operasi disana menggantung.
”Sudah berapa jilid operasi di sana. Ratusan miliar sudah habis, tapi tetap menggantung. Santoso belum juga dibekuk,” ujar dia.
Operasi pengejaran terhadap gembong teroris ini sudah berjalan lebih dari lima tahun, namun hingga kini masih menggantung.
”Hanya kroco-kroconya yang ketangkep. Kapan Santosonya?” ujar dia.
Rizal mengatakan, kasus Santoso ini sangat merugikan bagi perekonomian di Sulawesi Tengah secara umum dan kabupaten Poso secara khusus. Pasalnya, setiap kali investor hendak datang ke Sulawesi Tengah, selalu menanyakan penanganan Santoso.
“Santoso selalu ditanyakan, bagaimana keamanan disana. Ini tidak enak sekali buat Sulteng dan Poso secara khusus,” ujar mantan calon bupati Poso ini.
Dia mengatakan, Sulawesi Tengah memiliki dua kawasan komersil dan industri yang besar yakni Kawasan Ekonomi Khusus Palu dan Kawasan Industri Morowali. Kedua kawasan ini mengapit lokasi pelarian Santoso di hutan-hutan lebat Kabupaten Poso.
“Secara psikologis ini tidak nyaman bagi investor, apalagi ada kawasan wisata Danau Poso, Togean, Agri Wisata di Napu-Bada,” papar dia.
Rizal mengusulkan, bila polisi kurang mampu mengatasi hutan yang lebat, sebaiknya dipertimbangkan operasi militer secara besar-besaran oleh pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia (TNI).
“Kan sudah ada prosedurnya dan dibuatkan payung hukumnya, bagaimana militer bisa terlibat langsung di sana,” ungkap dia.
Dia mengatakan, pada era awal Orde Baru, pemerintah pusat memiliki pengalaman bagaimana membasmi gerombolan pengacau keamanan DI TII dan Permesta di hutan-hutan di Poso dalam waktu cepat.
“Sekarangkan teknologi persenjataan dan informasi aparat sangat canggi, kemampuan operasinya jauh lebih hebat dari dulu, semestinya Santoso sudah ketangkep,” ujar dia. Sebab itu, warga Poso sangat berharap kepada Kapolri Tito.
Tinggalkan Balasan